(Vibiznews – Commodity) Harga minyak turun ke level terendah dalam lima bulan pada hari Selasa karena penguatan dolar AS dan keraguan atas pengumuman pengurangan pasokan sukarela OPEC+ pada minggu lalu.
Minyak mentah berjangka WTI kontrak untuk bulan Januari turun 72 sen, atau 0,99%, menjadi $72,32 per barel.
Minyak mentah berjangka Brent kontrak untuk bulan Februari turun 83 sen, atau 1,06%, menjadi $77,20 per barel.
OPEC+ siap memperdalam pengurangan produksi minyak pada kuartal pertama tahun 2024 untuk menghilangkan “spekulasi dan volatilitas” jika tindakan yang ada untuk memangkas produksi tidak cukup, demikian disampaikan Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak.
Seperti sudah diberitakan, OPEC+ pada tanggal 30 November menyetujui pengurangan produksi sekitar 2,2 juta barel per hari (bph) untuk kuartal pertama tahun 2024. Namun setidaknya 1,3 juta barel per hari dari pemotongan tersebut merupakan perpanjangan dari pembatasan sukarela yang sudah dilakukan Arab Saudi dan Rusia.
Rusia mengatakan pengurangan produksi OPEC+ akan membutuhkan waktu untuk mulai dilaksanakan. Presiden Vladimir Putin akan mengunjungi anggota OPEC di Uni Emirat Arab dan Arab Saudi pada hari Rabu dan menjamu Presiden Iran Ebrahim Raisi di Moskow pada hari Kamis.
Arab Saudi sebagai eksportir minyak terbesar, menurunkan harga minyak mentah Arab Light untuk pelanggan Asia pada bulan Januari untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan, sebagai reaksi terhadap melemahnya premi di pasar fisik di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan.
Perusahaan Minyak Nasional Libya pada hari Selasa, mengatakan pihaknya berada di jalur yang tepat untuk mencapai produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari dalam tiga hingga lima tahun ke depan dan merencanakan putaran penawaran untuk blok eksplorasi pada akhir tahun 2024.
Di tempat lain, negara-negara yang berpartisipasi dalam konferensi iklim COP28 sedang mempertimbangkan untuk menyerukan penghentian penggunaan bahan bakar fosil secara formal sebagai bagian dari kesepakatan akhir KTT PBB untuk mengatasi pemanasan global.
Di Amerika Serikat, dolar naik ke level tertinggi dua minggu terhadap sejumlah mata uang setelah data ketenagakerjaan baru menunjukkan lowongan pekerjaan di AS turun pada bulan Oktober ke level terendah sejak awal tahun 2021.
Dolar yang lebih kuat dapat mengurangi permintaan minyak dengan membuat bahan bakar lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Sementara itu, suku bunga yang lebih rendah dapat meningkatkan permintaan minyak dengan membuat konsumen lebih murah dalam meminjam uang untuk membeli lebih banyak barang dan jasa.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan untuk perdagangan selanjutnya, harga minyak diperkirakan akan mencermati pergerakan dolar AS yang dapat naik jika data ADP Employment Change terealisir turun. Jika dolar AS naik dapat menekan harga minyak. Harga minyak diperkirakan bergerak dalam kisaran Support $71,52-$70,72. Namun jika naik, akan dapat bergerak dalam kisaran Resistance $73,62-$74,92.



