(Vibiznews – Property) – Lalu bagaimana tren suku bunga global dan domestik pada tahun 2024 dan seterusnya? Pada Desember 2023 ini the Federal Reserve kembali mempertahankan tingkat suku bunganya. Dalam pertemuan terakhirnya tahun ini tersebut, anggota komite the Fed telah membuat catatan kemungkinan setidaknya akan ada tiga kali pemangkasan suku bunga di tahun 2024, diperkirakan masing-masing dengan 25 bps.
Dengan pernyataan the Fed demikian, di tahun 2024 akan dimulai era pemangkasan suku bunga, dari the Fed kemudian diikuti oleh bank-bank sentral global, termasuk juga diikuti oleh Bank Indonesia. Sejumlah pihak telah memprediksi the Federal Fund’s Rate (FFR) ini berpeluang untuk mulai turun pada kuartal II/2024. Peluang tersebut diproyeksikan juga akan diikuti oleh Bank Indonesia dengan penurunan BI7DRR dimulai pada kuartal III/2024 sebesar 50-75 bps.
Grafik: Suku Bunga BI7DRR dan Proyeksinya
Grafik di atas merupakan gambaran proyeksi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia BI7DRR. Dari level 6% di akhir tahun 2023 menjadi sekitar 4% di awal 2025. Angka ini mungkin cukup agresif, namun istilah “sekitar” di sini menunjukkan suatu perkiraan umum, karena pada akhirnya keputusan suku bunga berada di tangan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang memutuskannya dengan sejumlah pertimbangan yang matang.
Sektor yang akan terdampak positif dengan rezim pelonggaran kebijakan moneter ini terutama sektor keuangan dan sektor properti. Tren turunnya suku bunga KPR dan kredit investasi bagi pengembang akan mendongkrak permintaan dan pertumbuhan properti secara umum.
Untuk tahun 2024, seberapa besar dampak positif dari penurunan suku bunga kepada industri properti akan tergantung juga dinamika berlangsungnya proses pemilihan presiden. Semakin kondusif berlangsungnya proses pemilu, para pelaku bisnis dan industri sektor properti akan lebih cepat memanfaatkan peluang turunnya suku bunga. Namun, bila pilpres berjalan dalam proses persaingan yang ketat serta terdapatnya sejumlah indikasi kecurangan dan pelanggaran, dampak positif kebijakan moneter yang lebih longgar ini akan terdistorsi, serta pelaku industri akan lebih bersikap hati-hati.
Potensi Pasar Milenial dan Trennya
Mengacu kepada data BPS dari Sensus Penduduk 2020, kelompok milenial di Indonesia mencapai 25,87%, atau 69,38 juta jiwa. Total angka penduduk milenial tersebut sangat potensial sebagai target pasar properti. Peluang pasar besar ini di tahun 2024 nampaknya akan semakin dijadikan fokus.
Sektor perbankan juga semakin menggarap potensi konsumen dari generasi milenial ini, dan kenyataannya telah menjadi pangsa pasar terbesar dalam pemberian KPR. Sebagai gambaran, belum lama ini dari data riset kredit konsumen Bank BCA, disebutkan dalam tiga tahun terakhir 55,1% debitur yang melakukan pencairan KPR BCA adalah para milenial. Sedangkan Gen X mencapai 36,3% dan lainya 8,6%.
Dari data riset ini diketahui juga bahwa para milenial melihat properti sebagai instrumen investasi yang paling diminati, setelah tabungan dan deposito. Sementara, jenis properti yang paling diinginkan adalah rumah baru dengan kisaran harga Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar, demikian di antaranya diungkapkan seorang VP Consumer Loan Bank BCA baru-baru ini kepada media (Kompas, 13/12/23).
Disarikan dari sejumlah sumber pengembang maka tren properti yang diminati pasar konsumen milenial di antaranya, sebagai berikut:
- Pertimbangan harga beli, mengingat umumnya konsumen mencari rumah pertama sebagai bagian dari kebutuhan dasar, maka harga yang cukup terjangkau yang menjadi incaran. Range harga yang diminati berkisar antara Rp500 juta sampai Rp 1 miliar.
- Lokasi jadi pertimbangan berikutnya, yakni yang strategis dan mendukung mobilitas, serta dekat atau terintegrasi dengan transportasi umum. Ini diperhitungkan konsumen untuk efisiensi biaya transportasi dan biaya hidup. Sejumlah developer BUMN karenanya terus menggenjot pembangunan produk properti TOD (Transit Oriented Development) yang terintegrasi dengan moda transportasi terbaru seperti LRT.
- Skema pembayaran juga menjadi perhitungan di tengah kemudahan fasilitas pembayaran digital dewasa ini. Konsumen milenial mencari pola pembayaran yang lebih fleksibel, administrasi yang sederhana dan cepat, serta didukung proses berbasis digital.
- Aspek kesehatan sekarang menjadi perhatian penting konsumen belajar dari masa pandemi lalu. Produk properti dewasa ini diharapkan mengedepankan kesehatan, baik dari sisi desain kawasan, fasilitas, bangunan, hingga iklim kawasan yang mendukung produktivitas – semuanya dalam satu lokasi. Rumah tinggal sekarang dipandang sebagai tempat yang sebaiknya paling aman dan nyaman untuk dihuni. Dampaknya, produk properti yang memiliki open space atau kawasan area hijau itu yang semakin diminati oleh konsumen generasi milenial, yang biasa juga disebut dengan “green development.”
Penutup
Tahun 2024 merupakan tahun strategis bagi Indonesia, bagi pemerintahannya dan rakyatnya, dengan adanya pemilihan dan pergantian pasangan presiden dan wakil presiden yang akan dilantik pada Oktober 2024. Tahun politik seperti ini biasanya menjadi tahun “wait and see” bagi pengembang dan konsumen properti, serta para pelaku pasar properti lainnya.
Tetapi, tahun 2024 juga merupakan tahun peluang pertumbuhan industri properti, salah satu faktor pendorongnya adalah peluang akan dimulainya era penurunan suku bunga secara global dan akan diikuti di dalam negeri oleh BI dan sektor perbankan. Selain itu pertumbuhan pasar generasi milenial yang belum memiliki rumah tinggal menjadi prospek pasar yang gemuk dan potensial di tahun depan.
Itu sebabnya kita mengharapkan bersama bahwa proses pilpres mendatang adalah proses demokrasi yang berjalan secara kondusif dan mengikuti tata aturan serta etika norma politik yang terjaga baik. Bila hal itu yang terjadi, maka industri properti akan menjadi salah satu sektor potensial untuk bertumbuh dengan sehat serta berkontribusi penting terhadap kenaikan PDB Indonesia pada tahun depan.
Itu yang kita harapkan dan kita upayakan bersama. Properti yang potensial di tengah tahun politik.
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting