Outlook Pasar SBN 2024: Pengaruh Suku Bunga Terhadap Prospek Investasi SBN

977
DJPPR Turunkan Target Penerbitan SBN Kuartal II-2024 Lebih Rendah
Sumber: Kemenkeu

(Vibiznews – Bonds & Mutual Fund) – Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) menyampaikan realisasi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel sepanjang tahun 2023 ini moncer. Sehingga pada 2024 mendatang SBN ritel diprediksi masih semarak.

Evaluasi Pencapaian Penerbitan SBN 2023

Direktur Surat Utang Negara Kemenkeu Deni Ridwan mengatakan sepanjang tahun ini pemerintah telah menerbitkan SBN ritel sebanyak tujuh kali termasuk ST011. Dengan realisasi penerbitan mencapai Rp127,4 triliun.

Adapun, angka tersebut belum termasuk ST011, sehingga akan bertambah seiring dengan penetapan hasil penjualan ST011 pada 11 Desember 2023.

Sepanjang 2023, pemerintah telah menerbitkan tujuh seri SBN ritel, yakni SBR012, SR018, ST010, ORI023, SR019, ORI024, dan ST011. Adapun, ST011 merupakan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) terakhir yang ditawarkan DJPPR Kemenkeu.  Dengan masa penawaran 6 November 2023 sampai 6 Desember 2023.

Menurut Deni dalam rilisnya (Bisnis 5/12), capaian hasil penerbitan SBN ritel tahun 2023 tersebut melampaui target awal tahun 2023 sebesar Rp130 triliun. Angka ini meningkat cukup signifikan dari capaian penerbitan SBN ritel tahun 2022 lalu sebesar Rp107,4 triliun.

Sementara hasil penjualan SBN Ritel 2023 juga cukup menggembirakan. Berdasarkan data mitra distribusi Investree per Selasa, (5/12/2023) pukul 16.00 WIB, ST011-T2 telah terjual sebesar Rp13,98 triliun. Artinya, penjualan ST011-T2 telah mencapai 96,45% dari target sebesar Rp14,5 triliun.

Kemudian, Sukuk Tabungan ST011-T4 telah habis terjual sebanyak Rp5,50 triliun atau 100% dari target. Alhasil, penjualan kedua seri ST011 tercatat sebesar Rp19,48 triliun.

Sebagaimana diketahui, terdapat dua tenor untuk Sukuk Tabungan. Yaitu seri ST011-T2 bertenor 2 tahun memiliki imbal hasil sebesar 6,3% (floating with floor) per tahun. Dan ST011-T4 tenor 4 tahun dengan imbal hasil sebesar 6,5% (floating with floor) per tahun.

ST011 ditawarkan dengan kupon floating with floor, artinya imbal hasil dapat bertambah sesuai dengan perubahan pada suku bunga acuan Bank Indonesia (BI7DRR). Namun tidak akan lebih rendah dari saat pertama kali terbit.

Berdasarkan data DJPPR Kemenkeu, kepemilikan SBN domestik yang dapat diperdagangkan sepanjang tahun berjalan hingga 30 November 2023 mencapai Rp5.600,89 triliun.

Total kepemilikan SBN per 30 November 2023 tersebut terpantau meningkat 1,47% atau Rp81,13 triliun. Jika dibandingkan dengan akhir Oktober yang sebesar Rp5.519,76 triliun.

Jumlah tersebut juga tercatat lebih tinggi 5,49% atau Rp291,46 triliun dari total kepemilikan SBN pada akhir 2022. Yang tercatat sebesar Rp5.309,43 triliun. (DataIndonesia.id,5/12)

Kepemilikan SBN Jan-Nov 2023
Simber: DataIndonesia.id

Selain itu, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, kepemilikan asing di SBN domestik yang dapat diperdagangkan sepanjang tahun berjalan hingga November 2023 mencapai Rp833,88 triliun.

Total nilai tersebut kembali meningkat setelah tiga bulan berturut-turut sebelumnya cenderung lebih rendah.

Jumlah kepemilikan asing di SBN domestik tersebut setara dengan 14,89% dari total kepemilikan SBN domestik yang dimiliki oleh seluruh investor. Tercatat, total kepemilikan SBN domestik mencapai Rp5.600,89 triliun hingga November 2023.

Jika dibandingkan dengan posisi pada bulan sebelumnya, total kepemilikan asing di SBN domestik per akhir November 2023 terpantau lebih tinggi 2,90%. Atau bertambah Rp23,50 triliun. Per 31 Oktober 2023, total kepemilikan asing di SBN domestik yang dapat diperdagangkan tercatat sebesar Rp810,38 triliun.

Adapun jika dibandingkan dengan posisi akhir 2022, jumlah kepemilikan asing di SBN domestik terpantau meningkat 9,41% atau Rp71,69 triliun. Pada 2022, total kepemilikan asing di SBN domestik tercatat sebanyak Rp762,19 triliun. (DataIndonesia.id, 6/12)

Kepemilikan Asing di SBN Jan -Nov 2023
Sumber: DataIndonesia.id

Pencapaian ini cukup menggembirakan di tengah dinamisnya kondisi pasar keuangan domestik yang banyak dipengaruhi ketidakpastian global. Misalnya seperti tingginya inflasi dan tingkat suku bunga di negara maju serta perlambatan ekonomi dunia.

Selain itu, capaian penerbitan SBN ritel yang terus meningkat setiap tahun mencerminkan semakin baiknya literasi keuangan masyarakat. Hal ini mendukung stabilitas pasar keuangan domestik dan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan nasional.

Prospek Investasi SBN 2024

Melihat pencapaian SBN yang menggembirakan, diperkirakan prospek penerbitan SBN ritel 2024 diprediksi masih ramai. Demikian juga prospek investasi SBN diperkirakan masih akan ramai peminatnya.

Sementara itu, pemerintah berencana menargetkan pembiayaan utang yang bersumber dari Surat Berharga Negara (SBN) Rp666,44 triliun. Hal ini tertuang dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024.

RAPBN yang akan dibiayai oleh penerbitan SBN pada tahun depan naik 83,6%, Ini jika dibandingkan dengan outlook APBN tahun 2023 sebesar Rp362,93 triliun. Dokumen Nota Keuangan dan RAPBN 2024 menyebutkan target penerbitan SBN akan dipenuhi melalui dua instrumen utama yaitu SUN dan SBSN. Baik dalam bentuk rupiah maupun valas dengan tenor 2-50 tahun dan SPN/S.

Apa faktor yang mendasarinya?

Dari faktor domestik kita lihat kondisi perekonomian nasional yang tetap solid dengan pertumbuhan ekonomi yang positif dan tingkat inflasi yang terkendali.

Dari faktor global seperti tingkat inflasi di negara-negara maju yang semakin membaik sehingga berpotensi menurunkan tingkat suku bunga di negara-negara tersebut.

Adapun, Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) masih menahan suku bunga di kisaran 5,25%-5,5% sejak Oktober 2023. Dan masih akan ada potensi penurunan suku bunga the Fed tahun depan. Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) juga menahan suku bunga di level 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Kamis (21/12/2023).

Lalu bagaimana tren suku bunga global dan domestik pada tahun 2024 dan seterusnya?

Pada Desember 2023 ini the Federal Reserve kembali mempertahankan tingkat suku bunganya. Dalam pertemuan terakhirnya tahun ini tersebut, anggota komite the Fed telah membuat catatan. Kemungkinan setidaknya akan ada tiga kali pemangkasan suku bunga di tahun 2024, diperkirakan masing-masing dengan 25 bps.

Dengan pernyataan the Fed demikian, di tahun 2024 akan dimulai era pemangkasan suku bunga. Dari the Fed kemudian diikuti oleh bank-bank sentral global, termasuk juga diikuti oleh Bank Indonesia. (Vibiznews, 20/12)

Gubernur BI, Perry Warjito mengatakan dalam Rapat Dewan Gubernur BI (RDG-BI) 21 Desember 2023. Prediksi the Federal Fund’s Rate (FFR) berpeluang turun pada kuartal II/2024. Bahkan bisa saja penurunan terjadi lebih cepat pada triwulan II 2024.

Namun bukan berarti BI serta merta mengikuti langkah The Fed tersebut. Tetapi BI menggunakan analisa fundamental Amerika Serikat untuk memutuskan suku bunganya.

Diproyeksikan BI menurunkan suku bunganya, tetap di semester II 2024 nilainya 50 bps. Tujuan BI menurunkan suku bunga agar tercapai sasaran inflasi 2,5±1% pada 2024.
Sumber: Tradingeconomics.com

Sumber Tradingeconomics.com

Grafik di atas merupakan gambaran proyeksi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia BI7DRR. Dari level 6% di akhir tahun 2023 menjadi sekitar 4% di awal 2025. Angka ini hanya merupakan prediksi umum.

Tentunya penurunan suku bunga merupakan keputusan Bank Indonesia lewat Rapat Dewan Gubernur BI dengan sejumlah pertimbangan yang matang.

Rencana Pemerintah menargetkan penerbitan Surat Utang Negara (SUN) sebesar Rp666,44 triliun sepanjang 2024 terlihat cukup optimis. Apakah memang benar minat investor atas SUN atau SBN masih tinggi? Hal ini tentunya harus diperhitungkan faktor yang mempengaruhinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Pertama, tekanan eksternal seperti suku bunga The Fed, nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi masih membayangi prospek penerbitan SBN.

Menurut Gubernur BI, Perry Warjito, dalam RDG 21 December 2023, FOMC masih ingin membaca soft lending Amerika. Jadi tidak akan ada kenaikan suku bunga The Fed di Amerika pada triwulan I 2024 karena ekonomi Amerika masih ’strong’.

Menurut Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto, tekanan eksternal membuat yield obligasi meningkat 28 basis poin. Angka ini masih lebih rendah dibandingkan negara peers atau negara dengan grade setara Indonesia seperti Singapura, Korea Selatan, Filipina, India dan Thailand. (Bisnis, 11/12)

Sejauh ini spread antara yield obligasi pemerintah kita dengan US Treasury memang semakin tipis. Hal ini disebabkan karena pengendalian inflasi kita juga bisa lebih baik dibandingkan dengan Amerika yang sejauh ini inflasi masih di angka 3%.

Berdasarkan data BI Premi CDS Indonesia 5 tahun per 14 Desember 2023 sebesar 68,24 bps. Hal ini berarti masih terus berada di bawah rata-rata historis. Ini menandakan hal yang baik. (Bank Indonesia,15/12)

Ketiga, jika dilihat pada kepemilikan asing di pasar obligasi Indonesia sepanjang 2023, investor asing kembali masuk. Dan angkanya cukup meningkat sekitar Rp834 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp762 triliun.

Berdasarkan informasi BI selama tahun 2023, berdasarkan data setelmen s.d. 14 Desember 2023, nonresiden beli neto Rp76,66 triliun di pasar SBN. Hal ini menunjukkan meningkatnya minat investor asing pada investasi di pasar SBN.( Bank Indonesia, 15/12)

Selanjutnya, untuk prospek penerbitan SUN tahun depan nampaknya pasokan baru obligasi pemerintah tidak begitu banyak yang berubah. Hal ini terlihat dari obligasi yang jatuh tempo. Jika dilihat untuk obligasi yang akan jatuh tempo pada 2024 sebesar Rp565 triliun dan tahun ini sebesar Rp482 triliun.

Menurut Analis Vibiz Research Center berdasarkan faktor-faktor di atas maka investasi di SBN masih menjanjikan. Dan minat investor atas SBN diprediksi masih tinggi. Sepanjang Pemerintah dapat mengendalikan inflasi dan memitigasi risiko yang timbul dari pergerakan pasar global. Serta faktor kestabilan keamanan dalam tahun politik 2024.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting