(Vibiznews – Economy & Bond) – Mencermati kondisi perekonomian global dan domestik terkini, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah, sebagai berikut:
Perkembangan Nilai Tukar 18-22 Desember 2023
Pada akhir hari Kamis, 21 Desember 2023
1. Rupiah ditutup pada level (bid) Rp15.520 per dolar AS.
2. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke 6,48%.
3. DXY[1] melemah ke level 101,84.
4. Yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun turun ke level 3,888%.
Keterangan:
1) Sebagai informasi, DXY atau Indeks Dolar adalah indeks yang menunjukkan pergerakan dolar terhadap 6 mata uang negara utama lainnya (EUR, JPY, GBP, CAD, SEK, CHF).
2) Sedangkan UST atau US Treasury Note merupakan surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS dengan tenor 1-10 tahun.
Pada pagi hari Jumat, 22 Desember 2023
1. Rupiah dibuka pada level (bid) Rp15.480 per dolar AS.
2. Yield SBN 10 tahun turun ke 6,45%.
Aliran Modal Asing (Minggu III Desember 2023)
1. Premi CDS Indonesia 5 tahun per 21 Desember 2023 sebesar 68,64 bps. Angka ini turun terbatas dibandingkan per 15 Desember 2023 sebesar 68,78 bps.
2. Berdasarkan data transaksi 18 – 21 Desember 2023, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp6,37 triliun. Tediri dari jual neto Rp0,12 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto Rp1,52 triliun di pasar saham. Dan beli neto Rp4,97 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
3. Selama tahun 2023, berdasarkan data setelmen s.d. 21 Desember 2023, nonresident beli neto Rp81,40 triliun di pasar SBN. Jual neto Rp11,61 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp52,81 triliun di SRBI.
Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan. Hal ini untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.
Analis Vibiz Research Center melihat untuk hari ini perdagangan rupiah vs dollar dibuka menguat ke Rp 15.480, dibandingkan penutupan kemarin Rp15.520 per dolar AS.
Menguatnya rupiah didorong oleh indeks dollar AS (DXY) yang terus melemah dalam dua minggu terakhir. Indeks dollar, yang mengukur dollar terhadap keranjang enam mata uang saingan utamanya, sore hari WIB ini turun ke 101,74. Ini lebih rendah dibandingkan level penutupan sesi sebelumnya di 101,79.
Dolar AS tertekan oleh menguatnya ekspektasi pasar terkait arah kebijakan moneter The Fed yang akan menurunkan suku bunga tahun depan
Sikap dovish ini menjadi angin surga bagi pasar global. Pasar tengah merespons positif sikap The Fed ini. Hal ini juga terlihat dari minat investor asing atas pasar Surat Berharga Negara (SBN) yang meningkat dalam beberapa minggu terakhir. Sehingga potensi asing untuk membeli SBN masih akan terus berlangsung di tahun 2024.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting