(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- Pasar keuangan pekan pertama tahun 2024 variatif, dengan IHSG mencetak rekor tertinggi baru dalam rally 10 minggu, namun rupiah melemah.
- BPS mencatat tingkat inflasi sepanjang tahun 2023 rendah sebesar 2,61% (yoy).
- Capital inflow di pasar finansial sepekan ini cukup deras, sekitar Rp8,6 triliun.
- Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan mendatang adalah rilis cadangan devisa pada hari Senin dan penjualan ritel pada Rabu mendatang.
Minggu berikutnya, isyu prospek ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 8-12 January 2024.
===
Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau menguat dalam rally di pekan kesepuluhnya, sempat mencatat rekor baru untuk level penutupan dan hariannya, posisi all time high, lalu terkoreksi terbatas di hari terakhir pasarnya. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada umumnya mixed dengan bias melemah. Secara mingguan IHSG ditutup menguat 1,07%, atau 77,822 poin, ke level 7.350,619. Untuk minggu berikutnya (8-12 Januari 2024), IHSG kemungkinan akan ditahan profit taking di sekitar overbought area-nya namun tetap uptrend kuat, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level 7.401 dan 7.470. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 7.241, dan bila tembus ke level 7.218.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu melemah, ke sekitar 2,5 minggu terendahnya, di tengah rebound-nya dollar, sekalipun terdapat capital inflow di pasar SBN sekitar Rp5,1 triliun, sehingga rupiah secara mingguannya berakhir melemah 0,37% ke level Rp 15.520. Sementara, dollar global rebound dari tekanan tiga pekan sebelumnya. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan lanjutkan uptrend, atau kemungkinan rupiah dalam bias melemah secara bertahap, dalam range antara resistance di level Rp15.677 dan Rp15.727, sementara support di level Rp15.380 dan Rp15.357.
Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau berakhir turun secara mingguannya, terlihat dari pergerakan naik yield obligasi dan berakhir ke 6,649% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah aksi beli investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury tampak rebound dengan rally seminggu ini.
===
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi IHK pada Desember 2023 tercatat rendah sebesar 0,41% (mtm) sehingga inflasi IHK 2023 menjadi 2,61% (yoy). Perkembangan inflasi 2023 ini lebih rendah dibandingkan dengan inflasi tahun 2022 yang tercatat sebesar 5,51% (yoy).
Inflasi IHK yang rendah secara bulanan pada Desember 2023 dipengaruhi oleh terkendalinya inflasi inti dan inflasi volatile food. Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1% pada 2024.
Berdasarkan data transaksi 2 – 4 Januari 2024, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp8,61 triliun terdiri dari beli neto Rp5,07 triliun di pasar SBN, beli neto Rp1,47 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp2,08 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
===
Tahun yang penuh gejolak pasar, 2023, telah berlalu. Sekarang kita sudah menjejaki tahun baru 2024. Banyak pelajaran dapat diambil melewati fluktuasi pasar tahun lalu, dan itu merupakan bekal strategi investasi yang baik di tahun ini. Namun, tidak banyak investor yang punya waktu lebih untuk mempelajari pasar secara detail karena kesibukan kerja dan yang lainnya.
Untuk kebutuhan demikian, vibiznews.com harusnya bisa menjadi jalan untuk kapan saja dan setiap waktu mengetahui situasi tren pasar, baik dari sisi historis maupun outlook-nya. Bergabunglah bersama kami. Bagi Anda yang sudah, disampaikan terima kasih kami, pembaca setia Vibiznews! Selamat menjalani tahun investasi baru, salam sukses selalu!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting