(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- Pasar keuangan kembali mengalami koreksi, dengan bergerak dalam rentang konsolidasi untuk IHSG.
- Bank Indonesia memutuskan mempertahankan BI–Rate sebesar 6,00%; ini sesuai perkiraan pelaku pasar.
- BI memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 akan meningkat dalam kisaran 4,7-5,5%.
- Sementara itu, kinerja Industri Pengolahan triwulan IV 2023 menurut PMI-BI masih pada fase ekspansi.
- Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan mendatang adalah rilis uang beredar pada hari Senin, dan data Penanaman Modal Asing (PMA) pada Rabu mendatang.
Minggu berikutnya, isyu prospek ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 22-26 January 2024.
===
Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau melemah terbatas di minggu keduanya, bergerak sideways dalam rentang konsolidasi seminggu terakhirnya, terkoreksi di akhir pekan searah sentimen regional. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada umumnya mixed bias melemah kecuali Nikkei yang bertengger di level 34 tahun tertingginya. Secara mingguan IHSG ditutup melemah terbatas 0,19%, atau 13,736 poin, ke level 7.227,402. Untuk minggu berikutnya (22-26 Januari 2024), IHSG kemungkinan akan kembali konsolidatif dalam bias positif, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level 7.390 dan 7.401. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 7.156, dan bila tembus ke level 7.093.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu melemah di minggu ketiganya, ke sekitar 5 minggu terendahnya, di tengah kuatnya dollar walaupun terdapat capital inflow di pasar SBN sekitar Rp5,5 triliun, sehingga rupiah secara mingguannya berakhir melemah 0,22% ke level Rp 15.607. Sementara, dollar global bertahap menguat ke sekitar 5,5 minggu tertingginya. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan lanjutkan uptrend, atau kemungkinan rupiah dalam bias melemah secara bertahap, dalam range antara resistance di level Rp15.677dan Rp15.727, sementara support di level Rp15.537 dan Rp15.470.
Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau naik perlahan secara mingguannya, terlihat dari pergerakan turun tipis yield obligasi dan berakhir ke 6,601% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah aksi beli investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury tampak balik menguat seminggu ini.
===
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Januari 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI–Rate sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%.
Keputusan mempertahankan BI-Rate pada level 6,00% tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability, yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada 2024.
BI juga menyatakan bahwa pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut ditopang oleh permintaan domestik. Pertumbuhan ekonomi 2023 diprakirakan dalam kisaran 4,5-5,3%, didorong oleh konsumsi dan investasi sejalan dengan akselerasi belanja Pemerintah pada akhir tahun dan percepatan penyelesaian beberapa Proyek Strategis Nasional (PSN).
Pada 2024, pertumbuhan ekonomi diprakirakan meningkat dalam kisaran 4,7-5,5% didukung oleh permintaan domestik utamanya berlanjutnya pertumbuhan konsumsi, termasuk dampak positif penyelenggaraan pemilu, serta peningkatan investasi khususnya bangunan sejalan dengan berlanjutnya pembangunan PSN termasuk Ibu Kota Nusantara (IKN).
Kinerja Lapangan Usaha (LU) Industri Pengolahan pada triwulan IV 2023 tetap kuat dan masih berada pada fase ekspansi (indeks >50%). Hal tersebut tecermin dari PMI-BI triwulan IV 2023 sebesar 51,20%, meski lebih rendah dari 52,93% pada triwulan sebelumnya.
Berdasarkan data transaksi 15 – 18 Januari 2024, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp7,66 triliun terdiri beli neto Rp5,52 triliun di pasar SBN, beli neto Rp0,65 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp1,50 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
===
Lebih jauh memasuki tahun 2024, pasar terpantau cukup fluktuatif pada berbagai instrumen investasi. Situasi ekonomi global dan perkembangan geopolitik terlihat serba tidak menentu. Sebagian investor mungkin menyebutkan bahwa pasar sedang tidak jelas arahnya. Sebagian lagi memandang ini sebagai sebagai kesempatan untuk suatu active trading karena dinamika pasar yang lumayan belakangan ini. Tentunya ini harus didukung dengan skill dan knowledge.
Bersama vibiznews.com Anda bisa mengembangkan hal-hal tersebut secara optimum. Selamat menuai sukses Anda kembali di tahun ini, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting