(Vibiznews – Commodity) Harga minyak bergerak naik pada hari Senin setelah Ukraina dilaporkan menyerang terminal bahan bakar utama Rusia pada akhir pekan, meningkatkan kekhawatiran baru mengenai gangguan pasokan.
Minyak mentah berjangka WTI AS untuk bulan Februari naik $1,28, atau 1,74%, diperdagangkan pada $74,69 per barel.
Minyak mentah berjangka Brent untuk bulan Maret naik $1,08, atau 1,37%, diperdagangkan pada $79,64 per barel.
Seperti diberitakan, Drone Ukraina menyerang fasilitas pemrosesan dan ekspor bahan bakar utama di dekat St. Petersburg, kata seorang sumber di Kyiv kepada BBC dan The Wall Street Journal. Fasilitas Ust-Luga memproses kondensat gas menjadi bahan bakar jet dan bahan bakar minyak serta produk lainnya.
Sementara itu, Perusahaan Minyak Nasional Libya melanjutkan produksi penuh di ladang minyak Sharara pada hari Minggu setelah protes menutup produksi selama dua minggu. Sharara adalah salah satu ladang minyak terbesar di Libya dengan kapasitas produksi 300.000 barel per hari.
Para pedagang pada umumnya lebih fokus pada prospek penawaran dan permintaan dibandingkan risiko geopolitik.
Badan Energi Internasional mempunyai perkiraan bearish untuk tahun 2024, memproyeksikan bahwa produksi di luar OPEC, khususnya di AS, akan meningkat sekitar 1,5 juta barel per hari, lebih dari menutupi pertumbuhan permintaan global sebesar 1,2 juta barel per hari.
Di sisi lain, OPEC memberikan prospek yang lebih kuat dengan perkiraan permintaan minyak akan tumbuh sebesar 2,2 juta barel per hari, sementara produksi di luar OPEC akan tumbuh sebesar 1,3 juta barel per hari.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan untuk perdagangan selanjutnya, harga minyak dapat bergerak naik terpicu kekhawatiran gangguan pasokan setelah drone Ukraina menyerang fasilitas minyak Rusia dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Harga minyak WTI AS diperkirakan bergerak dalam kisaran Resistance $75,55-$76,11. Namun jika turun, akan bergerak dalam kisaran Support $74,23-$73,75.