IHSG Ditutup Menguat 0,59% pada Perdagangan Hari Ini

384
Vibizmedia Photo

(Vibiznews – IDX Stock) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat 0,59% ke posisi 7.328,64 pada perdagangan Rabu (28/2/2024).

Meski investor masih cenderung wait and see menanti rilis data ekonomi penting di dalam dan luar negeri. IHSG pun kembali menyentuh level psikologis 7.300.

Sebagai informasi, nilai transaksi indeks pada perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 10 triliun. Dengan melibatkan 25 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali.

Sebanyak 260 saham naik, 267 saham turun, dan 246 saham cenderung mendatar.
Secara sektoral, sektor konsumer primer menjadi penopang IHSG pada akhir perdagangan hari ini, yakni sebesar 1,09%.

Ada beberapa saham juga turut menjadi penopang IHSG pada akhir perdagangan hari ini.

Emiten energi baru dan terbarukan (EBT) milik konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penopang terbesar IHSG. Di akhir perdagangan hari ini, BREN mencapai 17,6 indeks poin.

Selain itu, ada tiga saham bank besar yang menjadi penggerak IHSG yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar 11,8 indeks poin. Lalu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 8,7 indeks poin, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar 4,6 indeks poin.

IHSG berhasil menguat, setelah beberapa hari terakhir cenderung melemah, meski investor masih cenderung wait and see. Mereka menanti rilis data ekonomi terbaru Indonesia dan data ekonomi Amerika Serikat (AS).

Dari AS, pada hari ini akan dirilis data perkiraan kedua dari pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) pada kuartal IV-2023.

Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan PDB AS pada kuartal II mencapai 3,3%. Angka ini lebih rendah dari posisi kuartal III-2023 yang mencapai 4,9%.

Sebelumnya, data keyakinan konsumen AS menunjukkan indeks turun menjadi 106,7 pada Februari 2024. Dari 110,9 pada Januari ataupun ekspektasi pasar yakni 115.1.

Fakta-fakta di atas mencerminkan adanya perlambatan ekonomi AS yang bisa berimbas kepada kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).

Jika ekonomi AS makin melemah maka ada harapan The Fed memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Kondisi ini tentunya akan menguntungkan rupiah karena investor bisa melepas dolar AS dan membeli instrumen lain seperti rupiah.

Di sisi dalam negeri, investor juga masih menimbang rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.

Pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah menetapkan rancangan defisit APBN pada 2025 sebesar 2,48%-2,8%. Angka defisit itu melebar dari yang ditetapkan untuk APBN 2024 sebesar 2,29%.

Rancangan defisit itu diiringi dengan target pertumbuhan ekonomi 2025 sebesar 5,3%-5,6%. Di atas target pertumbuhan 2024 sebesar 5,2% dan realisasi pertumbuhan ekonomi 2023 sebesar 5,05%.

Di sini ada potensi risiko pelebaran defisit yang tidak bisa dijaga dapat berdampak besar kepada keyakinan pasar keuangan Indonesia.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting