Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah (1 Maret 2024); Rupiah Melemah

382

(Vibiznews – Economy & Bond) – Mencermati kondisi perekonomian global dan domestik terkini, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah, sebagai berikut:

Perkembangan Nilai Tukar 26 Februari – 1 Maret 2024

Pada akhir hari Kamis, 29 Februari 2024

  1. Rupiah ditutup pada level (bid) Rp15.710 per dolar AS.
  2. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun naik ke 6,59%.
  3. DXY[1] menguat ke level 104,16.
  4. Yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun naik ke level 4,250%.

Keterangan:
1) Sebagai informasi, DXY atau Indeks Dolar adalah indeks yang menunjukkan pergerakan dolar terhadap 6 mata uang negara utama lainnya (EUR, JPY, GBP, CAD, SEK, CHF).

2) Sedangkan UST atau US Treasury Note merupakan surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS dengan tenor 1-10 tahun.

Pada pagi hari Jumat, 1 Maret 2024

  1. Rupiah dibuka pada level (bid) Rp15.712 per dolar AS.
  2. Yield SBN 10 tahun turun di 6,58%.

Aliran Modal Asing (Minggu I Maret 2024)

  1. Premi CDS Indonesia 5 tahun per 29 Februari 2024 sebesar 69,15 bps, naik dibandingkan 23 Februari 2024 sebesar 65,92 bps.
  2. Berdasarkan data transaksi 26 – 29 Februari 2024, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp2,00 triliun. Terdiri dari jual neto Rp0,82 triliun di pasar SBN, jual neto Rp2,64 triliun di pasar saham. Dan beli neto Rp1,46 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
  3. Selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen s.d. 29 Februari 2024, nonresiden jual neto Rp4,93 triliun di pasar SBN. Beli neto Rp20,02 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp25,51 triliun di SRBI.

Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan. Hal ini untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Analis Vibiz Research Center melihat untuk hari ini perdagangan rupiah vs dollar dibuka melemah ke Rp 15.711 kemudian bergerak terkoreksi ke Rp15.755, dan terakhir sore ini WIB terpantau di posisi Rp 15.737.

Melemahnya rupiah terjadi sementara dollar AS di pasar uang Eropa turun terbatas setelah menguat perlahan 2 hari. Hal ini terjadi dalam rentang terbatas setelah rilis inflasi PCE sesuai ekspektasi yang mendukung bertahannya suku bunga tinggi the Fed.

Indeks dollar, yang mengukur dollar terhadap keranjang enam mata uang saingan utamanya, sore hari WIB ini turun tipis ke 104,11. Ini dibandingkan level penutupan sesi sebelumnya di 104,14.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting