(Vibiznews – Banking & Insurance) – Dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia hari ini, salah satu strategi yang disampaikan oleh Gubernur BI, adalah mengoptimalkan strategi operasi moneter”pro-market”.
Strategi ini dilakukan untuk memperkuat respon kebijakan moneter dalam pengendalian inflasi dan stabilitas nilai tukar Rupiah.
Dalam kaitan ini, Bank Indonesia terus mengoptimalkan berbagai instrumen moneter pro-market yang telah diterbitkan selama tahun 2023. Yaitu SRBI, SVBI, dan SUVBI untuk memperkuat upaya pendalaman pasar uang dan aliran masuk modal asing ke dalam negeri. Sehingga mendukung stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Hingga 23 April 2024, posisi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI masing-masing tercatat sebesar Rp393,66 triliun, 1,89 miliar dolar AS, dan 334 juta dolar AS.
Penerbitan SRBI tersebut mendukung aliran masuk portfolio asing ke dalam negeri. Hal ini tecermin dari kepemilikan nonresiden pada instrumen SRBI yang mencapai Rp71,55 triliun (18,18% dari total outstanding).
Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan berbagai inovasi instrumen pro-market tersebut baik dari sisi volume maupun daya tarik imbal hasil. Dengan tujuan untuk mendorong lebih lanjut aliran masuk portfolio asing ke pasar keuangan domestik.
Transmisi kebijakan moneter berjalan dengan baik.
Suku bunga pasar uang (IndONIA) bergerak dalam kisaran BI-Rate, yaitu 5,93% pada 23 April 2024. Suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan pada tanggal 19 April 2024 masing-masing tercatat 6,81%, 6,82%, dan 6,94%.
Angka ini meningkat dibandingkan dengan hasil lelang sebelumnya tanggal 22 Maret 2024 masing-masing sebesar 6,72%, 6,71%, dan 6,90% sehingga mendukung efektivitas SRBI sebagai instrumen moneter yang pro-market.
Sementara itu, suku bunga perbankan tetap rendah dipengaruhi oleh likuiditas perbankan yang memadai. Serta kebijakan transparansi SBDK yang meningkatkan efisiensi suku bunga perbankan.
Suku bunga deposito 1 bulan dan suku bunga kredit pada Maret 2024 tercatat masing-masing sebesar 4,53% dan 9,25%. Angka ini stabil dibandingkan dengan perkembangan bulan sebelumnya.
Sementara itu, imbal hasil SBN tenor 2 dan 10 tahun meningkat menjadi 6,85% dan 7,05%. Hal ini sejalan dengan meningkatnya yield US Treasury dan premi risiko pasar keuangan global.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting