(Vibiznews – Commodity) Harga kakao berjangka di bursa komoditi berjangka New York pada hari Kamis berakhir retreat dari harga tertinggi dalam 3 minggu dan ditutup turun.
Harga kakao berjangka kontrak bulan Juli 2024 berakhir melemah 0,56% pada $9.257 per ton.
Tekanan likuidasi jangka panjang muncul di kakao berjangka pada hari Kamis setelah harga melonjak lebih dari +15% awal pekan ini. Kurangnya curah hujan di Afrika Barat menyebabkan ketidakpastian terhadap produksi kakao di wilayah tersebut dan meningkatkan harga.
Produksi kakao yang lebih rendah di Pantai Gading, produsen kakao terbesar di dunia, merupakan faktor kenaikan utama harga kakao. Data pemerintah pada hari Senin menunjukkan bahwa petani Pantai Gading mengirimkan 1,46 MMT kakao ke pelabuhan mulai 1 Oktober hingga 26 Mei, turun 30% dibandingkan waktu yang sama tahun lalu. Trader Ecom Agroindustrial memproyeksikan produksi kakao Pantai Gading pada tahun 2023/24, yang berakhir pada bulan September, akan turun -21,5% y/y ke level terendah dalam 8 tahun sebesar 1,75 MMT.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan untuk perdagangan selanjutnya, harga kakao masih dibayangi sentimen penurunan pasokan kakao di Afrika Barat yang dapat menguatkan harga. Harga kakao diperkirakan bergerak dalam kisaran Resistance $9.520-$9.783. Namun jika turun, akan bergerak dalam kisaran Support $9.024-$8.791.