Perkembangan Indikator Nilai Rupiah (21 Juni 2024); Rupiah Melemah

439

(Vibiznews – Economy & Bond) – Mencermati kondisi perekonomian global dan domestik terkini, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah, sebagai berikut:

Perkembangan Nilai Tukar 19-21 Juni 2024

Pada akhir hari Kamis, 20 Juni 2024
1. Rupiah ditutup pada level (bid) Rp16.425 per dolar AS.
2. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke 7,104%.
3. DXY [1] menguat ke level 105,59.
4. Yield UST (US Treasury) Note [2] 10 tahun naik ke level 4,259%.

Keterangan:
[1] DXY atau Indeks Dolar adalah indeks yang menunjukkan pergerakan dolar terhadap 6 mata uang negara utama lainnya (EUR, JPY, GBP, CAD, SEK, CHF).
[2] UST atau US Treasury Note merupakan surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS dengan tenor 1-10 tahun.

Pada pagi hari Jumat, 21 Juni 2024
1. Rupiah dibuka pada level (bid) Rp16.440 per dolar AS.
2. Yield SBN 10 tahun naik ke 6,18%.

Aliran Modal Asing (Minggu III Juni 2024)

1. Premi CDS Indonesia 5 tahun per 20 Juni 2024 sebesar 76,04 bps, relatif stabil dengan dibandingkan 14 Juni 2024 sebesar 76,40 bps.

2. Berdasarkan data transaksi 19 – 20 Juni 2024, nonresiden tercatat jual neto Rp0,78 triliun. Terdiri dari jual neto Rp1,42 triliun di pasar saham, beli neto Rp0,45 triliun di SBN. Dan beli neto Rp0,19 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

3. Selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen s.d. 20 Jun 2024, nonresiden tercatat jual neto Rp42,10 triliun di pasar SBN. Jual neto Rp9,35 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp117,77 triliun di SRBI.

Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan. Hal ini untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.

Analis Vibiz Research Center melihat untuk hari ini perdagangan rupiah vs dollar dibuka melemah ke Rp 16.440.  Kemudian bergerak terkoreksi ke Rp16.475, dan terakhir sore ini WIB terpantau di posisi Rp 16.445.

Melemahnya rupiah terjadi sementara dollar AS di pasar uang Eropa menguat karena Ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh kuat. Dengan penurunan inflasi AS yang berjalan lambat. Kondisi ini mendorong Fed Fund Rate (FFR) diprakirakan baru akan turun pada akhir tahun 2024.

Selain itu faktor dalam negeri karena faktor fundamental dalam negeri yakni bahan-bahan pokok kebutuhan masyarakat di Indonesia masih harus dipenuhi dengan impor, misalnya beras.

Indeks dollar, yang mengukur dollar terhadap keranjang enam mata uang saingan utamanya, sore hari WIB ini naik ke 105,82.  Ini dibandingkan level penutupan sesi sebelumnya di 105,59

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting