Penyaluran Kredit Ekosistem Umi Triwulan II 2024 Mencapai Rp 622,3 Triliun

195
Inflasi Rendah dan Deflasi Beruntun, Indikasi Penurunan Daya Beli?

(Vibiznews – Banking & Insurance) – Ekosistem Ultra Mikro (UMi) yang terdiri dari BRI, Pegadaian dan Permodalan Nasional Madani (PNM) berhasil menyalurkan pinjaman senilai Rp 622,3 triliun. Kepada 36,1 juta debitur hingga akhir Triwulan II 2024.

Jumlah tersebut tumbuh 7,7% jika dibandingan dengan perolehan di periode sama tahun sebelumnya.

Rinciannya sebagai berikut, dari total Rp 622,3 triliun tersebut Rp 496,2 triliun diantaranya disalurkan melalui kredit mikro BRI. Lalu, Rp 77 triliun disalurkan oleh Pegadaian dan sisanya senilai Rp 49,2 triliun disalurkan PNM.

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan bahwa kunci pertumbuhan ekosistem UMi tak lepas dari penyaluran kredit yang selektif (selective growth).

“BRI juga akan memperkuat positioning bisnis mikronya dengan pendekatan ecosystem centric dan strategi “Pemberdayaan Berada di Depan Pembiayaan,” ujar Supari. Yang dilansir dari keterangan resminya, Rabu (7/8/2024).

Supari juga menambahkan BRI akan fokus pada penguasaan micro payment dengan pembentukan ekosistem berbasis pemberdayaan.
“Sehingga selain meningkatkan penghimpunan simpanan masyarakat, diharapkan turut mampu meningkatkan kedalaman inklusi keuangan yang berdampak pada peningkatan taraf hidup masyarakat,” imbuhnya.

Perlu diketahui, sebelumnya Menteri BUMN Erick Thohir terus mendorong kinerja bisnis penyaluran pembiayaan ultra mikro. Meski di tengah kondisi ekonomi global tidak stabil dan daya beli masyarakat melemah.

Dalam hal ini, Erick Thohir mengingatkan peran penting UMKM dalam stabilisasi ekonomi saat krisis ekonomi 1998.

“Ketika daya beli masyarakat sedang turun atau UMKM sedang melemah, kami sebagai pemerintah atau BUMN tidak boleh meninggalkan mereka,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa BUMN memiliki Key Performance Indicators yang mencakup kontribusi pada kebijakan fiskal melalui pajak dan dividen. Serta peran sebagai agen perubahan yang mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan.

“Kita harus melindungi kelas menengah, mendorong usaha kecil menjadi besar, dan yang besar menjadi pemain global,” pungkasnya.

Analis Vibiz Research Center melihat potensi penyaluran kredit ekosistem UMi yang baik di tahun 2024. Namun ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, antara lain:

1. Kebijakan Pemerintah:
Dukungan kebijakan pemerintah yang mendukung inklusi keuangan dan pemberdayaan usaha mikro akan berperan penting. Program-program seperti subsidi bunga atau jaminan kredit dapat meningkatkan penyaluran kredit ke sektor UMi.

2. Penguatan Infrastruktur:
Peningkatan infrastruktur finansial, seperti sistem teknologi informasi dan layanan keuangan digital, dapat mempermudah proses aplikasi dan penyaluran kredit.

3. Keterlibatan Teknologi: Penerapan teknologi digital dalam proses kredit, seperti penggunaan fintech, dapat mempercepat dan mempermudah penyaluran kredit.

4. Risiko Kredit: Pelaku usaha ultra mikro sering kali menghadapi risiko kredit tinggi karena keterbatasan catatan keuangan atau jaminan. Lembaga keuangan perlu mengembangkan metode evaluasi risiko yang sesuai untuk mengatasi tantangan ini.

5. Pendidikan Keuangan: Program pelatihan dan edukasi keuangan bagi pelaku usaha ultra mikro penting untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengelola kredit dan bisnis. Hal ini akan meningkatkan kemampuan mereka untuk menggunakan kredit secara efektif.

Secara keseluruhan, prospek penyaluran kredit UMi di Indonesia pada 2024 terlihat positif, terutama dengan dukungan kebijakan pemerintah, perkembangan teknologi. Dan upaya peningkatan kapasitas lembaga keuangan.

Namun, keberhasilan akan bergantung pada bagaimana tantangan-tantangan terkait risiko kredit dan implementasi program dapat dikelola secara efektif.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting