Likuiditas Perbankan yang Mengetat Belum Berakhir

159
Likuiditas Perbankan yang Mengetat Belum Berakhir
Sumber: Bank Indonesia

 

(Vibiznews – Banking & Insurance) – Kondisi likuiditas perbankan domestik saat ini mengetat jika dilihat dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). Dan kondisi likuiditas yang mengetat ini belum akan berakhir.

Berbagai upaya terus dilakukan perbankan untuk menjaga likuiditas yang dimiliki untuk menjalankan fungsi intermediasinya, dalam hal ini menyalurkan kredit.

Salah satu rasio yang menunjukkan pengetatan likuiditas perbankan saat ini adalah kenaikan Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio tersebut dihitung dengan membandingkan total pinjaman bank dengan total simpanan bank dalam periode yang sama.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat LDR perbankan terus naik sepanjang 2024 hingga per Juli 2024 berada di level 86,51%. Jika ditarik ke tahun-tahun sebelumnya, ini merupakan LDR tertinggi sejak Agustus 2020 yang ada di level 85,38%.

Jika melihat likuiditas perbankan menggunakan rasio LDR tersebut, bank-bank dari KBMI 3 menjadi yang paling tinggi. Per Juni 2024, rasio LDR untuk bank dalam kelompok tersebut mencapai 89,50%.

Meski demikian, dalam Survei Orientasi Bisnis Perbankan pada kuartal III-2024 yang dilakukan OJK terhadap pelaku industri memperkirakan risiko likuiditas masih terjaga. Dan membaik dibandingkan kuartal sebelumnya.

Hal ini didorong ekspektasi alat likuid (kas dan setara kas) perbankan yang masih akan tumbuh.

“Komponen alat likuid yang diproyeksikan mendorong dan berpengaruh signifikan pada peningkatan tersebut adalah surat berharga yang diterbitkan Bank Indonesia,” tulis survei tersebut, dikutip Senin (9/9).

Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan mengatakan kondisi likuiditas yang ketat saat ini masih dipengaruhi oleh bunga acuan yang tinggi. Hal ini membuat sumber-sumber likuiditas menjadi mahal. Termasuk, alat likuid berupa pinjaman antar bank.

Akibatnya, meskipun bank sudah berusaha untuk menahan bunga pinjaman, hal tersebut tak mampu menahan tergerusnya Net Interest Margin (NIM). Di mana, kondisi ini juga mempengaruhi profitabilitas bank.

”Term deposit kami relatif tidak tumbuh, fokus sekarang di dana murah (CASA). Karena meskipun sedikit mahal tapi tetap lebih murah jika dibandingkan term deposit,” ujar Lani, Senin (9/9).

Sementara itu, Corporate Secretary PT Bank Mandiri Tbk Teuku Ali Usman mengatakan dalam menjaga kecukupan likuiditas, Bank Mandiri terus mendorong pertumbuhan dana murah. Terutama dalam memperkuat likuiditas secara berkelanjutan.

Dalam hal ini, pihaknya akan fokus untuk meningkatkan basis dana murah dengan fokus pada CASA transaksional. Agar dapat menjaga tekanan biaya dana dan memastikan kecukupan dana dalam mendukung pertumbuhan bisnis serta kegiatan operasional bank.

”Rasio dana murah atau CASA Ratio Bank Mandiri juga telah berhasil naik menjadi 80,26% secara bank only pada Juli 2024,” ujar Ali.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting