(Vibiznews – IDX Stock) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona merah pada perdagangan Kamis (28/11/2024). Mengutip RTI pukul 09.12 WIB, indeks turun 0,53% atau 38,083 poin ke level 7.207,805.
Berdasarkan pengamatan tercatat 185 saham turun, 217 saham naik, dan 197 saham stagnan. Total volume perdagangan 1,8 miliar saham dengan nilai transaksi capai Rp 1,28 triliun.
IHSG melemah pagi ini terbebani tiga indeks sektor saham yakni; IDX-Energy 2,46%, IDX-Infra 0,57%, dan IDX-NonCyc 0,08%.
Penurunan IHSG di pagi ini terjadi seiring kondisi pasar modal global dan regional yang masih tertekan. Dimana mayoritas Bursa Asia melemah dan Wall Street yang berbalik arah turun melemah.
Sejumlah sentimen global mempengaruhi perdagangan hari ini, yaitu laporan inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE) AS, data pertumbuhan ekonomi AS kuartal III. Dan notulen pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang dirilis pada Rabu (27/11/2024) dini hari.
Data inflasi PCE Oktober mencatat kenaikan 0,2% secara bulanan dan 2,3% secara tahunan. Hal ini sesuai dengan ekspektasi tetapi lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di 2,1%.
Inflasi inti PCE, yang tidak memasukkan makanan dan energi, juga naik 0,3% secara bulanan dengan tingkat tahunan mencapai 2,8%.
Angka ini menguatkan kekhawatiran bahwa Federal Reserve mungkin akan lebih berhati-hati dalam melonggarkan kebijakan moneter. Meskipun telah memangkas suku bunga dua kali dalam beberapa bulan terakhir.
Di sisi lain, data pertumbuhan ekonomi AS menunjukkan PDB riil tumbuh 2,8% pada kuartal III 2024. Angka ini melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 3,0%.
Perlambatan ini, meskipun sesuai dengan ekspektasi pasar, mempertegas risiko ekonomi global yang cenderung melambat. Hal ini tentunya memberikan tekanan pada sektor saham berbasis ekspor di IHSG.
Sektor keuangan menjadi salah satu yang paling terdampak nantinya.
Hal itu terjadi di tengah kekhawatiran investor terhadap potensi margin bunga bersih yang lebih sempit akibat perlambatan pelonggaran kebijakan moneter The Fed.
Sementara itu, notulen FOMC November memberikan gambaran bahwa inflasi mulai melambat, namun masih berada di atas target 2%.
Para pejabat The Fed mengindikasikan rencana pemotongan suku bunga secara bertahap, mencerminkan sikap berhati-hati terhadap ketidakpastian ekonomi. Sentimen ini membatasi penguatan pasar, meskipun sektor energi dan material berhasil mencatatkan penguatan masing-masing sebesar 0,67% dan 0,45%.
Di tengah tekanan global, investor terlihat berhati-hati menempatkan portofolionya menjelang rilis data inflasi Indonesia awal bulan depan.
Menurut Analis Vibiz Research Center, mengamati dinamika tersebut, IHSG diperkirakan akan tetap bergerak volatil dalam waktu dekat. Terutama dengan fokus pada perkembangan kebijakan moneter global dan indikator ekonomi domestik.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting