(Vibiznews – IDX Stock) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah hingga 0,13% ke posisi 7427,90 pada Selasa (10/12/2024).
Pelemahan ini terus berlanjut menjadi 0,14%, selang waktu lima menit setelah pembukaan, namun IHSG masih berada di level 7400 an.
Berdasarkan pengamatan ada lima indeks sektoral melemah bersama dengan IHSG.Terdiri dari sektor perindustrian melorot 0,60%, sektor kesehatan turun 0,40%, sektor keuangan melemah 0,39%. Selanjutnya, sektor properti dan real estat turun 0,37% dan sektor barang konsumsi primer turun tipis 0,05%.
Sedangkan enam sektor masih mampu menguat. Terdiri dari sektor barang baku melonjak 0,98%, sektor infrastruktur naik 0,39% dan sektor energi terangkat 0,13%. Selanjutnya, sektor barang konsumsi nonprimer menguat 0,15%, sektor teknologi naik 0,05%.
Lesunya perdagangan pun nampak dari sentimen ini. Tercatat nilai transaksi yang mengesankan di awal sesi I, mencapai angka Rp 2,41 triliun.
Sementara itu, volume saham yang berpindah tangan mencapai 1,83 miliar lembar, hasil dari 118.876 transaksi yang terjadi.
Penurunan IHSG di pagi ini seiring dengan tekanan oleh berbagai faktor yang datang dari global. Kali ini perhatian pasar tertuju pada rilis data perdagangan China periode November 2024 yang diproyeksikan melambat.
Konsensus memperkirakan ekspor China hanya tumbuh 8,5% secara tahunan (year-on-year/yoy), melambat dari 12,7% pada Oktober. Sementara impor diprediksi pulih tipis dengan kenaikan 0,3% setelah sebelumnya terkontraksi 2,3%.
Perlambatan ini menjadi perhatian mengingat China adalah mitra dagang utama Indonesia. Sehingga permintaan yang lesu dari China dapat menjadi sentimen negatif bagi perekonomian domestik.
Selain itu, inflasi di China juga menunjukkan tren melemah, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) hanya naik 0,2% (yoy) pada November, meleset dari ekspektasi.
Sementara dari dalam negeri, data penjualan ritel November 2024 yang akan dirilis Bank Indonesia (BI) turut menjadi perhatian. Pada September, penjualan ritel tercatat tumbuh 4,8% (yoy), melambat dari bulan sebelumnya yang mencapai 5,8%.
Ini menandai bulan kelima berturut-turut adanya peningkatan dalam omset ritel, dengan penjualan terutama meningkat untuk makanan (6,9% vs 8,0% pada Agustus), bahan bakar (8,1% vs 4,3%), pakaian (0,5% vs 2,7%), dan suku cadang & aksesori otomotif (3,5% vs 1,4%).
Untuk Oktober, pasar memperkirakan pertumbuhan ritel hanya sebesar 1,0% secara tahunan.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting