Trump Kenakan Tarif 25% Bagi Impor Baja dan Alumunium

260

(Vibiznews – Economy & Business) Presiden AS Donald Trump pada hari Senin mengumumkan pengenaan tarif sebesar 25% bagi impor baja dan aluminium.

Sebagai komponen vital dalam berbagai industri, termasuk transportasi, konstruksi, dan pengemasan, penggunaan baja dan alumunium sangat penting.

Trump mengatakan pada hari Minggu bahwa ia berencana untuk mengenakan tarif ini.

Pengenaan tarif impor baja dan alumunium ini akan menguntungkan AS.

Data resmi menunjukkan bahwa impor baja AS telah menurun secara substansial selama dekade terakhir, turun 35% antara tahun 2014 dan 2024 — meskipun ada kenaikan tahunan sebesar 2,5% menjadi 26,2 juta metrik ton tahun lalu.

Namun, impor aluminium Amerika telah meningkat 14% selama dekade terakhir, dengan ekspor logam AS meningkat secara progresif sejak 2020.

Sejak gelombang tarif pertama Trump pada tahun 2018, AS telah melihat peningkatan investasi di sektor baja dan aluminium.

Selama masa jabatan pertamanya sebagai presiden, Trump mengenakan tarif pada impor baja dan aluminium dari Kanada, Meksiko, dan Uni Eropa. Pemerintahannya juga menetapkan batasan volume pada impor dari berbagai negara lain, termasuk Korea Selatan, Argentina, dan Australia.

Laporan dari Congressional Research Service menemukan bahwa dalam lima bulan pertama kebijakan tersebut, pemerintahan Trump mengumpulkan pendapatan lebih dari $1,4 miliar.

Pada tahun 2024, AS mengimpor baja dari 79 negara dan aluminium dari 89 negara. Nilai total gabungan impor tersebut sedikit lebih dari $49 miliar, menurut data pemerintah.

Namun pengenaan tarif ini dapat menekan Kanada dan Meksiko.

Kedua negara tersebut termasuk di antara pengekspor baja dan aluminium terbesar ke Amerika Serikat, sehingga kemungkinan akan dirugikan oleh tarif jika diberlakukan.

Negara-negara lain yang dapat tertekan seperti Jerman yang juga merupakan pengekspor baja besar ke AS dan kemungkinan akan terpengaruh secara negatif oleh tarif tersebut.

Korea Selatan, Vietnam, dan Jepang juga termasuk di antara negara-negara yang kemungkinan terkena tarif impor baru jika Trump meneruskan kebijakan tersebut.