SHPR Triwulan IV 2024 Tumbuh Terbatas

298
SHPR Triwulan IV 2024 Tumbuh Terbatas

(Vibiznews – Property) – Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia mengindikasikan harga properti residensial di pasar primer pada triwulan IV 2024 tumbuh terbatas.

Hal ini tecermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada triwulan IV 2024 yang tumbuh sebesar 1,39% (yoy). Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III 2024 sebesar 1,46%(yoy).

Penjualan Properti Residensial Triwulan IV 2024

Penjualan Properti Residensial di pasar primer pada Triwulan IV 2024 secara tahunan menunjukkan penurunan. Pada Triwulan IV 2024, penjualan properti residensial terkontraksi 15,09%(yoy), lebih dalam dibandingkan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 7,14% (yoy).

Penurunan penjualan properti pada triwulan IV 2024 terjadi pada tipe rumah kecil dan menengah masing-masing terkontraksi 23,70% (yoy) dan 16,61% (yoy). Sementara tipe rumah besar tumbuh 20,44% (yoy) pada triwulan IV 2024.

Secara triwulanan, penjualan rumah juga mengalami kontraksi. Penjualan rumah primer pada triwulan IV 2024 terkontraksi 6,62% (qtq), melanjutkan kontraksi triwulan sebelumnya yang sebesar 7,62% (qtq). Kontraksi penjualan rumah selama triwulan IV 2024 terjadi pada tipe rumah kecil dan menengah,masing-masing sebesar 11,94% (qtq) dan 9,13% (qtq).

Berdasarkan informasi dari responden, sejumlah faktor yang menghambat pengembangan dan penjualan properti residensial primer, adalah:

i) Kenaikan harga bangunan (21,40%);
ii) Masalah perizinan (15,05%);
iii) Suku bunga KPR (14,31%);
iv) Proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR (10,59%);
v) Perpajakan (9,71%%); dan
vi) Lainnya (15,05%) (Grafik 9).

Grafik 9 Faktor yang menghambat penjualan properti Tw IV 2024
Sumber: Bank Indonesia
Pembiayaan Properti Residensial

Pada triwulan IV 2024, sumber pembiayaan pembangunan properti residensial terutama berasal dari dana internal perusahaan dengan pangsa 74,38%.

Sumber pembiayaan lainnya yang menjadi preferensi pengembang untuk pembangunan rumah primer, antara lain dari pinjaman perbankan (15,18%) dan pembayaran dari konsumen (5,61%).

Sementara dari sisi konsumen, skema pembiayaan utama dalam pembelian rumah primer adalah Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dengan pangsa sebesar 72,54% dari total pembiayaan. Hal ini diikuti oleh pembayaran tunai bertahap (18,74%) dan tunai (8,72%).

Analis Vibiz Research Center melihat secara lebih detailnya bahwa harga properti residensial mengalami penurunan pada triwulan IV 2024 dibandingkan triwulan sebelumnya.

Demikian juga total nilai kredit KPR triwulan IV 2024 tumbuh sebesar 9,67% (yoy), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 10,37% % (yoy). Sementara itu, nilai KPR secara triwulanan tumbuh sebesar 2,04% (qtq), lebih tinggi dari 1,70% (qtq) pada triwulan III 2024.

Namun demikian penulis memprakirakan bisnis properti residensial tahun 2025 masih tetap menjanjikan. Hal ini ditunjang oleh program pemerintahan Prabowo mengusung program 3 juta rumah per tahun dan telah membentuk Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP).

Demikian juga rencana pemerintah menghapus pajak properti, yakni BPHTB 5% dan PPN 11% diharapkan dapat mendongkrak penjualan properti Tanah Air.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting