IHSG Dibuka di Zona Hijau, Rebound Pada Perdagangan Kamis (20/2)

385
IHSG Melonjak 1,07% di Awal Perdagangan Hari Ini Ditopang Sentimen Positif Dalam Negeri

 

(Vibiznews – IDX Stock) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau rebound pada perdagangan Kami (20/2), melawan arah pasar regional.

Melansir RTI pukul 09.22 WIB, indeks naik 0,23% atau 15,335 poin ke level 6.810,203. Tercatat 247 saham naik, 180 saham turun dan 179 saham stagnan.

Total volume perdagangan 2,5 miliar saham dengan nilai transaksi mencapai Rp 1,8 triliun.

Sebanyak enam indeks sektoral menopang Langkah IHSG pagi ini. Tiga sektor dengan kenaikan tertinggi yakni IDX-Techno 4,74%, IDX-Basic 1,54%, dan IDX-Infra 0,53%.

Pergerakan pasar keuangan RI akan banyak dipengaruhi soal prospek suku bunga acuan the Fed dan efek lanjutan dari keputusan Bank Indonesia (BI) yang menahan suku bunga kemarin.

Sementara itu ada beberapa data yang dinanti pelaku pasar, baik itu dari eksternal dan internal.

Dari luar, ada data suku bunga acuan Bank Sentral China atau The People’s Bank of China (PBoC) dan update terbaru penambahan klaim pengangguran Amerika Serikat (AS).

Sementara dari dalam negeri, pelaku pasar menanti data neraca pembayaran Indonesia (NPI) untuk periode 2024. Data ekonomi terkait NPI dan Transaksi Berjalan ini sangat penting untuk menunjukkan ketahanan eksternal Indonesia.

The Fed mengeluarkan risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Dalam risalah FOMC periode Januari tersebut, The Fed sepakat bahwa mereka perlu memastikan jika inflasi bisa turun lebih tajam sebelum menurunkan suku bunga lebih lanjut.

Anggota FOMC sepakat secara bulat untuk mempertahankan suku bunga di level 4,25,4,50% setelah tiga kali pemangkasan berturut-turut.

Mereka melihat adanya potensi perubahan kebijakan yang dapat membuat inflasi tetap di atas target Fed, terutama usai Presiden AS Donald Trump memberlakukan beberapa tarif dan terus mengancam untuk memperluasnya.

Di sisi lain, risalah FOMC menyebutkan adanya optimisme substansial tentang prospek ekonomi, sebagian berasal dari ekspektasi pelonggaran dalam regulasi pemerintah atau perubahan kebijakan pajak.

Indikator ekonomi AS yang dikeluarkan akhir-akhir ini bervariasi, dengan harga konsumen naik lebih dari yang diperkirakan pada Januari tetapi harga grosir menunjukkan tekanan yang lebih sedikit.

Dilansir dari Tradingeconomics, diproyeksikan bahwa suku bunga acuan Tiongkok ini akan tetap dipertahankan, adapun untuk tenor satu tahun diperkirakan masih akan berada di level 3,1%, sementara tenor lima tahun berada di 3,6%.

Beralih ke dalam negeri, Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan atau BI rate pada level 5,75%. Suku bunga Deposit Facility juga tetap menjadi sebesar 5% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%. Keputusan BI tersebut tampaknya masih bisa mempengaruhi pasar.

Bersamaan dengan pengumuman suku bunga, Bank Indonesia (BI) juga menyampaikan perkembangan terbaru terkait kondisi sektor perbankan yang dinilai masih solid.

Likudiitas memadai ini tecermin dari posisi AL/DPK pada Januari 2025 yang tinggi di 26,03%, kemudian dari sisi permodalan tetap kuat dengan rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) di 26,69%.

Seiring dengan itu, sektor perbankan masih mampu menyalurkan kredit dengan ekspansif tumbuh 10,27% pada Januari 2025. Hal ini juga diikuti dengan rasio kredit bermasalah yang tetap terjaga, tercermin dari Non Performing Loan (NPL) perbankan pada Desember 2024, secara gross di 2,08%, sementara NPL net di 0,74%.

Selanjutnya, hari ini, Kamis (20/2/2025), Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) serta Transaksi Berjalan kuartal IV-2024 sekaligus tahun penuh 2024.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting