(Vibiznews-News Insight) Morgan Stanley baru-baru ini merilis analisisnya mengenai strategi ekuitas pasar negara berkembang di kawasan Asia Pasifik. Dalam laporannya, mereka mengumumkan peningkatan peringkat MSCI China dari Underweight (UW) menjadi Equal Weight (EW) serta penurunan peringkat MSCI Indonesia dari EW menjadi Low Weight (LW). Perubahan ini didasarkan pada tren Return on Equity (ROE) yang cenderung menguntungkan pasar saham China, sementara Indonesia menghadapi tantangan pertumbuhan ekonomi yang lebih besar. Namun, meskipun menghadapi tantangan, Indonesia masih memiliki potensi pertumbuhan yang kuat dalam jangka panjang, didukung oleh fundamental ekonomi yang solid dan populasi yang terus berkembang.
Keputusan Morgan Stanley untuk meningkatkan alokasi ke MSCI China dan menurunkan posisi Indonesia berkaitan erat dengan pergerakan indeks Hang Seng dan MSCI China. Dalam perkiraannya, Morgan Stanley menargetkan Hang Seng mencapai 24.000 pada Desember 2025, meningkat 4% dari posisi saat ini. Sementara itu, target MSCI China juga naik 4%, menunjukkan prospek positif bagi saham-saham China.
Meskipun Indonesia menghadapi beberapa hambatan dalam pertumbuhan ROE, ekonomi Indonesia tetap memiliki banyak peluang. Dengan populasi muda yang besar, konsumsi domestik yang kuat, serta dorongan investasi dalam infrastruktur dan digitalisasi, Indonesia tetap menjadi pasar yang menjanjikan bagi investor dalam jangka panjang. Selain itu, pertumbuhan sektor manufaktur dan peningkatan ekspor komoditas juga berpotensi mendukung daya saing ekonomi Indonesia di tingkat global.
Morgan Stanley mencatat bahwa ROE MSCI China menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah mengalami tekanan dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun ekonomi China secara keseluruhan masih berada di bawah ekspektasi, beberapa sektor menunjukkan perbaikan yang signifikan, terutama di bidang e-commerce dan saham internet. Pengelolaan efisiensi operasional serta optimalisasi neraca keuangan juga turut mendorong pemulihan ini.
Sebaliknya, Indonesia menghadapi tantangan dalam pertumbuhan ekonomi, tetapi pemerintah terus berupaya untuk menciptakan kondisi yang lebih kondusif bagi investor. Langkah-langkah seperti reformasi kebijakan investasi, insentif pajak bagi industri strategis, serta ekspansi sektor digital dan energi hijau berpotensi meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global. Sektor teknologi dan startup Indonesia juga terus berkembang pesat, menarik perhatian modal ventura dari dalam dan luar negeri.
Investasi dalam proyek infrastruktur besar, seperti jalan tol, pelabuhan, dan energi terbarukan, menjadi faktor kunci dalam mempertahankan momentum pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Keberlanjutan proyek-proyek ini akan memberikan dampak positif terhadap efisiensi logistik dan daya saing industri domestik.
Selain infrastruktur, industri keuangan Indonesia juga menunjukkan pertumbuhan yang stabil. Sektor perbankan terus mengalami ekspansi dengan meningkatnya inklusi keuangan dan digitalisasi layanan perbankan. Fintech dan layanan pembayaran digital semakin memainkan peran penting dalam meningkatkan akses keuangan bagi masyarakat yang sebelumnya belum terjangkau oleh layanan perbankan tradisional. Dengan meningkatnya penetrasi internet dan penggunaan smartphone, potensi pertumbuhan sektor ini semakin besar.
Di sisi lain, industri manufaktur di Indonesia semakin berkembang seiring dengan peningkatan investasi asing langsung (FDI). Indonesia telah menarik berbagai perusahaan global untuk membangun fasilitas produksi mereka di dalam negeri, terutama dalam sektor elektronik, otomotif, dan tekstil. Kebijakan pemerintah yang mendukung industrialisasi dan pemberian insentif bagi perusahaan yang berinvestasi dalam manufaktur turut mendorong pertumbuhan sektor ini.
Ekonomi kreatif juga menjadi salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia. Industri musik, film, seni, dan fashion terus berkembang dengan pesat, menarik minat pasar domestik maupun internasional. Pemerintah telah meluncurkan berbagai inisiatif untuk mendukung industri kreatif, termasuk insentif pajak dan program pembiayaan bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang bergerak di sektor ini.
Sektor pariwisata, yang sebelumnya terdampak pandemi, juga menunjukkan pemulihan yang menjanjikan. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan domestik dan internasional, serta pengembangan destinasi wisata baru, industri ini berpotensi menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Pemerintah telah berupaya meningkatkan infrastruktur pariwisata dengan membangun bandara, jalan, dan fasilitas akomodasi di berbagai daerah wisata unggulan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan daya tarik Indonesia sebagai destinasi wisata utama di Asia Tenggara.
Selain itu, sektor pertanian dan perikanan juga berkontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia. Dengan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia memiliki potensi besar dalam produksi pangan dan hasil laut. Inovasi dalam teknologi pertanian dan peningkatan efisiensi rantai pasok di sektor ini dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing produk pertanian Indonesia di pasar global.
Analisis Morgan Stanley juga memperhitungkan faktor geopolitik dalam strategi alokasi asetnya. Dimulainya kembali perundingan antara Ukraina dan Rusia serta kebijakan tarif dagang AS yang lebih lunak terhadap China dinilai sebagai faktor yang menurunkan premi risiko ekuitas China. Selain itu, kepemimpinan baru di China yang memberikan sinyal positif terhadap sektor swasta juga dianggap sebagai katalis bagi pasar saham China.
Bagi Indonesia, stabilitas politik yang relatif terjaga dan peningkatan kerja sama ekonomi regional memberikan peluang pertumbuhan yang lebih luas. Indonesia juga semakin menarik sebagai tujuan investasi asing, khususnya di sektor manufaktur dan teknologi, berkat upaya pemerintah dalam meningkatkan kemudahan berbisnis dan memperkuat ekosistem digital. Selain itu, diversifikasi ekspor ke negara-negara Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Eropa semakin memperkuat daya saing Indonesia dalam menghadapi tantangan ekonomi global.
Keberlanjutan energi juga menjadi perhatian utama dalam kebijakan ekonomi Indonesia. Pemerintah terus mendorong investasi dalam energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, dan panas bumi, untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Upaya ini tidak hanya bertujuan untuk memenuhi target emisi karbon global, tetapi juga untuk menciptakan peluang ekonomi baru dalam industri energi hijau.
Keputusan Morgan Stanley untuk meng-upgrade MSCI China dan menurunkan peringkat MSCI Indonesia mencerminkan dinamika pasar yang terus berubah. Dengan pemulihan ROE yang didorong oleh sektor e-commerce dan kebijakan ekonomi yang lebih fleksibel, China dipandang lebih menarik dalam jangka pendek. Namun, Indonesia tetap memiliki potensi pertumbuhan yang kuat dalam jangka panjang, dengan fundamental ekonomi yang solid dan reformasi kebijakan yang mendorong daya saing global.
Bagi investor, analisis ini memberikan wawasan mengenai arah investasi di kawasan emerging markets, serta pentingnya mempertimbangkan faktor makroekonomi dan geopolitik dalam pengambilan keputusan investasi. Meskipun terdapat tantangan, Indonesia masih memiliki peluang besar untuk tumbuh dan berkembang, menjadikannya salah satu destinasi investasi yang patut diperhatikan. Dengan inovasi di sektor teknologi, peningkatan infrastruktur, serta kebijakan yang mendukung investasi, Indonesia tetap menjadi salah satu negara berkembang dengan prospek yang menjanjikan di masa depan.



