Efek Penerapan Kebijakan Tarif AS Dorong Permintaan Harga Emas

222
Efek Penerapan Kebijakan Tarif AS Dorong Permintaan Harga Emas

 

(Vibiznews – Commodity) – Berdasarkan pengamatan, harga emas melanjutkan tren kenaikan selama tiga hari berturut-turut pada hari Rabu (5/3).

Tren bullish harga emas didorong oleh meningkatnya permintaan safe-haven di tengah penerapan tarif impor baru oleh Amerika Serikat (AS).

Pada hari Kamis (6/3), harga emas kembali menguat dan diperdagangkan di kisaran level US$ 2.924 per ons troi.

Di sisi lain, kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS dapat menjadi faktor yang membatasi pergerakan bullish emas. Hal ini mengingat emas tidak memberikan imbal hasil.

Adapun tarif sebesar 25% untuk impor dari Meksiko dan Kanada mulai berlaku pada hari Selasa, bersamaan dengan kenaikan tarif impor China yang meningkat menjadi 20%.

Kebijakan tarif AS oleh Presiden Donald Trump ini menjadi faktor fundamental yang mendukung kenaikan harga emas.

Akibat ketegangan perdagangan global semakin meningkat, hal ini mendorong investor untuk mencari aset yang lebih aman, termasuk emas.

Menurut Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, dalam wawancara dengan Fox News, menyatakan bahwa Trump dapat mempertimbangkan kembali kebijakan tarif. Dalam kurun waktu 48 jam setelah penerapannya, tergantung pada kepatuhan terhadap aturan USMCA.

Meskipun demikian, laporan dari New York Times menyebutkan bahwa Trump secara pribadi bertekad untuk mempertahankan tarif tersebut.

Selain itu, harga emas juga didukung oleh meningkatnya ketidakpastian geopolitik setelah AS menghentikan bantuan militer ke Ukraina.

Ketegangan politik antara AS dan Ukraina meningkat setelah perdebatan antara Presiden Trump dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, dalam negosiasi perdamaian.

Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur dollar terhadap keranjang enam mata uang saingan utamanya, saat ini berada di sekitar 105,70. Angka ini sedikit lebih tinggi karena meningkatnya imbal hasil obligasi pemerintah AS.

Obligasi bertenor 2 tahun dan 10 tahun masing-masing memiliki imbal hasil sebesar 3,98% dan 4,25%.

Menurut Analis Vibiz Research Center, kenaikan dolar AS dapat menjadi faktor yang menekan harga emas.

Namun, dolar masih menghadapi tekanan akibat kekuatiran terhadap perlambatan ekonomi AS dan dampak tarif baru terhadap pertumbuhan ekonomi.

Bahkan pelaku pasar nampak berspekuasi bahwa Trump pada akhirnya akan mengurangi kebijakan tarifnya untuk menghindari dampak negatif lebih lanjut pada perekonomian domestik AS. Oleh karena itu emas diprediksi masih berpotensi untuk melanjutkan kenaikan dalam jangka pendek.

Namun, investor tetap harus waspada adanya kemungkinan koreksi harga jika tekanan dari dolar AS dan imbal hasil obligasi terus meningkat.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting