(Vibiznews – IDX Stock)- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona merah pada pembukaan perdagangan Senin (17/3/2025). Mengutip RTI pukul 09.08 WIB, indeks turun 0,43% atau 28,100 poin ke level 6.487,531.
Berdasarkan pengamatan tercatat 153 saham turun, 238 saham naik, dan 200 saham stagnan. Total volume perdagangan 1,4 miliar saham dengan nilai transaksi capai Rp 845 miliar.
Ada dua indeks sektoral menyeret IHSG ke zona merah. Sektor tersebut yakni IDX-techno 9,33% dan IDX-Finance 0,23%. Pada pembukaan perdagangan sesi I, nilai transaksi mencapai Rp 673,81 miliar yang melibatkan 1,14 miliar saham yang berpindah tangan 68.133 kali.
Ada banyak sentimen yang mempengaruhi pasar keuangan di negeri ini. Karena ada banyak data dan keputusan penting yang dirilis baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Dari eksternal, pasar juga masih mengantisipasi efek tarif Trump yang potensi memicu resesi di Amerika Serikat (AS). Namun, rebound Wall Street pada pekan lalu membuka ruang bursa saham RI ikut menguat, meskipun masih dalam ruang yang terbatas.
Sentimen terbesar pekan ini diperkirakan akan datang dari keputusan suku bunga. Setidaknya ada delapan bank sentral dunia yang akan menggelar rapat untuk memutuskan suku bunga. Hal ini tentu akan meningkatkan ketidakpastian di tingkat global dan nasional.
Publik kini menunggu apakah BI akan memangkas suku bunga lagi di tengah besarnya kebutuhan untuk mendongrak pertumbuhan.
Pada Rabu (19/3/2025) ada bank sentral Jepang (BoJ), Bank Indonesia, dan The Fed yang akan mengumumkan suku bunganya. The Fed akan diumumkan Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Pada Kamis (20/3/2025), ada bank sentral Brasil, Afrika Selatan, Inggris hingga China. Pada Jumat (21/3/2025) ada bank sentral Rusia.
Berikut beberapa sentimen yang masih akan mempengaruhi pasar sepanjang minggu ini :
Pasar mengantisipasi Trumpcession yang merupakan singkatan dari Trump + Recession. Hal ini seiring dengan proyeksi JP Morgan yang menaikkan risiko resesi AS menjadi 40%, naik dari proyeksi awal 2025 sebesar 30%.
Prediksi risiko resesi AS dipicu oleh proyeksi ekonomi AS kuartal pertama tahun ini yang akan terkontraksi 2,4% secara kuartalan. Lalu turunnya keyakinan konsumen AS menjadi 57,9 dari bulan sebelumnya 64,7, yang dikeluarkan University of Michigan Maret 2025.
Selain itu, kekuatiran akan meningkatnya tingkat pengangguran dan pembukaan lapangan kerja yang menurun, serta risiko kredit macet yang melonjak di AS. Pasar juga menunggu angka retail sales AS yang akan keluar juga minggu ini.
Sebelumnya, pertumbuhan retail sales AS berada di 4,2% yoy, tetapi belanja konsumen AS mulai menunjukkan pelemahan akibat suku bunga tinggi yang berkepanjangan.
Jika data kali ini lebih lemah dari ekspektasi, ini bisa jadi sinyal bahwa The Fed semakin dekat dengan pemangkasan suku bunga. Sebaliknya, jika angka retail sales masih kuat, The Fed mungkin tetap bertahan di level suku bunga tinggi lebih lama. Ini bisa berdampak negatif bagi risk asset seperti saham sampai pasar kripto.
Beralih ke dalam negeri, terpantau akan banyak agenda rilis data juga, mulai dari Utang Luar Negeri Indonesia dan neraca perdagangan. Yang dirilis pada hari ini, Senin (17/3/2025) sampai penantian suku bunga pada RDG BI pekan ini yakni Rabu (19/3/2025).
Posisi utang luar negeri ini cukup penting diperhatikan, apalagi setelah pekan lalu Goldman Sach menurunkan rating pada obligasi tenor 10 tahun. Dan obligasi tenor 20 tahun Indonesia dan penerimaan pajak selama dua bulan pertama tahun ini anjlok signifikan.
Menurut analis Vibiz Research Center, BI diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga acuan di 5,75% pada bulan ini. Namun, pelaku pasar akan mencermati lebih jauh bagaimana pandangan BI terhadap kondisi ekonomi terkini dan intervensi-nya terhadap stabilisasi nilai tukar rupiah.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting



