(Vibiznews – Commodity) – Harga minyak mentah acuan dunia WTI di pasar komoditas AS yang berakhir Rabu dinihari (26/3/2025) alami penurunan setelah 4 hari berturut dalam tren bullish.
Harga minyak WTI retreat dari posisi tertinggi 3 pekan merespon laporan bahwa Rusia dan Ukraina telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata parsial yang meliputi Laut Hitam.
Namun untuk harga minyak Brent berakhir flat karena investor mempertimbangkan pengetatan pasokan global terhadap ketidakpastian ekonomi yang lebih luas.
Setelah 12 jam negosiasi di Arab Saudi pada hari Senin, Rusia dan Ukraina sepakat untuk menghilangkan penggunaan kekuatan di Laut Hitam setelah pembicaraan paralel dengan negosiator AS.
Rusia dan Ukraina juga sepakat untuk menerapkan penghentian serangan terhadap jaringan energi selama 30 hari yang diumumkan sebelumnya dan memperluas cakupannya ke lebih banyak lokasi, tetapi penyelesaian masalah mendasar, termasuk pembagian wilayah, masih jauh dari selesai.
Namun penurunan harga hanya sedikit karena kekhawatiran pasokan menyusul ancaman Presiden AS Donald Trump bahwa ia akan mengenakan tarif 25% pada impor dari negara-negara yang membeli minyak dari Venezuela.
Trump mengklaim bahwa Venezuela telah dengan sengaja dan curang mengirim penjahat, termasuk orang-orang yang melakukan kekerasan dan anggota geng seperti Tren de Aragua ke AS.
Harga Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak bulan Maret turun 0,16% pada menjadi $69,11 per barel.
Demikian untuk harga minyak mentah berjangka acuan jenis Brent menguat 1,25% menjadi $72,50 per barel.
Secara teknikal, untuk pergerakan harga minyak berikutnya diperkirakan menguat, minyak WTI akan bergerak bertemu kisaran support di $65.88 – $61.80 dan kisaran resisten di $72.80 – $76.10.