Masalah Ketatnya Likuiditas Menimpa Perbankan di Indonesia

1036
Masalah Ketatnya Likuiditas Menimpa Perbankan di Indonesia

 

(Vibiznews – Banking & Insurance) – Masalah ketatnya likuiditas adalah masalah yang kini dihadapi oleh industri perbankan di Indonesia. Bahkan, bank-bank KBMI 4 yang mendominasi Dana Pihak Ketiga (DPK) hingga 54% di industri ini pun turut merasakan ketatnya likuiditas tersebut.

Meskipun dalam kurun waktu dua bulan terakhir, terlihat ada perbaikan likuiditas yang dimiliki oleh bank-bank besar tanah air secara bulanan. Namun, perlu diingat, ada beberapa bank yang memiliki Loan to Deposit Ratio (LDR) yang berada di level 90% bahkan mendekati 100%.

Di kalangan bank KBMI 4, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) memiliki rasio LDR paling tinggi yaitu mencapai 95,7% per Februari 2025.

Angka ini mengalami penurunan jika dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di 96,8%. Namun, jika dibandingkan secara tahunan, mengalami kenaikan cukup signifikan dari level 87,8%.

Jika dilihat secara rinci, permasalahan LDR BNI yang naik signifikan secara tahunan dikarenakan kredit dan DPK yang tumbuh tak seimbang. Pada Februari 2025, kreditnya bisa tumbuh 10,2% YoY, sementara DPK-nya hanya mengalamI pertumbuhan 1% YoY.

Hal yang sama juga terjadi pada PT Bank Mandiri Tbk yang memiliki LDR berada di level 92,5% per Februari 2025. Angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan periode Januari 2025 yang berada di level 93,7%. Namun mengalami kenaikan jika dibandingkan periode Februari 2024 di level 90,8%.

Sebagai catatan, LDR bank Mandiri bisa mengalami penurunan secara bulanan karena di periode yang sama kreditnya hampir tak mengalami pertumbuhan. Sementara, DPK Bank Mandiri per Februari 2025 masih mampu tumbuh 1,4% secara bulanan.

Lain halnya dengan PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang konsisten mengalami kenaikan LDR baik itu dilihat secara bulanan maupun tahunan. LDR BCA per Februari ada di level 80,6%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan pada Januari 2025 yang berada di level 79,7% dan di Februari 2024 berada pada level 73,5%.

Adapun, salah satu hal yang menarik di BCA adalah ada penurunan DPK secara bulanan untuk periode Februari 2025. DPK BCA di Januari 2025 senilai Rp 1.120 triliun dan sebulan berikutnya turun menjadi Rp 1.118 triliun.

Di sisi lain, kredit BCA masih mengalami pertumbuhan 14% YoY, meskipun melambat dari bulan sebelumnya yang tumbuh 15% YoY. Hal tersebut membuat LDR BCA kembali tembus level 80%, dilansir dari rilis BCA.

Jadi permasalahan likuiditas ini memang bukan permasalahan satu atau dua bank besar tetapi masalah industri.

Namun, menurut Analis Vibiz Research Center, BCA tetap memiliki likuiditas yang relatif baik dibandingkan dengan bank KBMI 4 lainnya.

Menurut penulis, permasalahan likuiditas tak dapat dipungkiri juga dipengaruhi oleh sentimen global, di mana volatilitas dan ketidakpastian ekonomi cukup tinggi. Padahal, ada kepentingan pembiayaan hilirisasi yang membutuhkan dolar AS cukup tinggi.

Oleh karena itu maka bank-bank itu memang harus mencari sumber-sumber baru untuk mengumpulkan DPK. Misalnya membuat produk terobosan yang menarik agar masyarakat mau menabung atau melakukan investasi yang bisa meningkatkan DPK.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting