Strategi Perbankan Jaga Kualitas Kredit Hadapi Dinamika Global Efek Kebijakan Tarif AS

217
Strategi Perbankan Jaga Kualitas Kredit Hadapi Dinamika Global Efek Kebijakan Tarif AS
Sumber: Bank Indonesia

 

(Vibiznews – Banking & Insurance) – Efek kebijakan Presiden Donald Trump ternyata berdampak meningkatkan rasa kuatir perbankan dalam menjaga kualitas kredit yang dimiliki. Karena, permintaan ekspor ke Amerika Serikat (AS) tersebut bisa menurun dan pada akhirnya mengganggu cashflow dari para eksportir.

Secara umum, tren NPL Gross perbankan memang mengalami penurunan.
Berdasarkan data OJK per Januari 2025, NPL Gross perbankan ada di level 2,18%. Naik 10 basis poin (bps) jika dibandingkan bulan sebelumnya, di mana NPL gross perbankan masih berada di level 2,08%.

Lalu rasio NPL net pada periode yang sama naik 5 bps menjadi 0,79%. Selain itu, kredit dalam risiko atau loan at risk (LAR) tercatat naik 44 bps menjadi 9,72% dibandingkan bulan sebelumnya.

Sementara itu, jika menilik secara sektoral, sektor perdagangan besar dan eceran yang juga banyak melakukan ekspor memiliki tren NPL yang memburuk. Per Januari 2025, NPL untuk sektor tersebut berada di level 3,61%.

Sebagai perbandingan, pada Desember 2024, NPL nya berada di level 3,29% dan di Januari 2024 berada di level 3,55%.

Berikut ini tanggapan dari dua bank besar:

Corporate Secretary Bank Mandiri M Ashidiq Iswara mengungkapkan pihaknya telah melakukan analisa mendalam berdasarkan berbagai skenario untuk memitigasi berbagai risiko yang ada. Ini untuk menanggapi kondisi eksternal yang ada.

“Kami melakukan uji Stress Testing dan Sensitivity Analysis untuk memutuskan action plan lebih lanjut,” ujar Ashidiq kepada media, Kamis (10/4).

Selain itu, untuk menjaga kualitas aset, Bank Mandiri telah menerapkan strategi mitigasi dan diversifikasi portofolio. Di mana, pihaknya melakukan analisa kondisi keuangan, prospek usaha, potensi pengembalian dari debitur, likuiditas serta kondisi pasar.

Di sisi lain, Bank Mandiri juga sudah meningkatkan pencadangan per Februari 2025. Di mana, biaya pencadangan bank tersebut naik 59,5% secara bulanan menjadi Rp 900 miliar.

“Kami berkomitmen untuk menjaga keseimbangan antara ekspansi bisnis dan keberlanjutan bisnis,” ujarnya.

Berikutnya, EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn juga telah mencermati dinamika makroekonomi, baik domestik maupun global. Termasuk dampak dari kebijakan tarif impor Amerika Serikat.

Dalam hal ini, BCA terus melakukan monitoring risiko konsentrasi kredit termasuk penggunaan limit kredit dan kualitas portofolionya. Ditambah, pihaknya juga melakukan evaluasi sektor industri dengan pertimbangan prospek atau kinerja usaha.

“Ada penetapan limit untuk pembiayaan tertentu yang disesuaikan dengan tingkat risiko,” ujarnya. Sebagai informasi, sepanjang tahun 2024, rasio LAR BCA terus membaik ke 5,3%, dibandingkan 6,9% pada tahun sebelumnya.

Pencadangan LAR BCA juga tercatat solid sebesar 76,9%, salah satu yang tertinggi di industri perbankan.Sementara itu, pencadangan NPL BCA tercatat sebesar 208,5%.

Menurut Hera, itu berada pada level yang memadai dalam menghadapi ketidakpastian kondisi ekonomi dan bisnis debitur.

Menurut Analis Vibiz Research Center yang juga penting dilakukan dalam menjaga kualitas kredit, perbankan perlu menerapkan Early Warning System. Hal ini dilakukan dalam rangka mendeteksi potensi debitur bermasalah, untuk dilakukan langkah-langkah mitigasi selanjutnya guna meminimalkan risiko kredit bermasalah.

Bank juga dapat membuat credit scoring system yang berperan penting dalam mencegah kredit bermasalah dengan memberikan informasi komprehensif mengenai profil kredit seseorang.

Dengan data kredit yang lengkap, bank dapat membuat keputusan yang lebih tepat untuk menilai risiko peminjam.

Hal ini membantu mengidentifikasi calon peminjam yang cenderung membayar tepat waktu dan menghindari risiko kredit bermasalah di masa depan, sehingga memitigasi risiko dan memberikan pinjaman dengan lebih bijaksana.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting