(Vibiznews – IDX Stock) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)dibuka menguat pagi ini menyusul kenaikan bursa saham global terutama Wall Street dan Bursa Asia.
Mengutip RTI Business, IHSG naik 0,55% atau bertambah 36,10 poin ke level 6.649,58 pada pukul 09.03 WIB, Jumat (25/4/2025).
Kenaikan IHSG ditopang 10 indeks sektoral dari total 11 sektor di BEI. Sektor yang naik paling tinggi antara lain barang konsumer primer 1,21%, barang baku 0,90%, energi 0,64%.
Selanjutnya, properti dan real estate 0,60%, keuangan 0,53% dan teknologi 0,51%.
Satu-satunya sektor yang di zona merah adalah Kesehatan.
Volume perdagangan saham di BEI pagi ini mencapai 1,20 miliar dengan nilai transaksi Rp 582,30 miliar. Berdasarkan pengamatan, sebanyak 260 saham menguat, 101 saham melemah dan 197 saham stagnan.
Bursa Asia-Pasifik mencoba bangkit kembali setelah para investor mencermati iklim perdagangan antar negara setelah pemerintah Amerika Serikat (AS) menurunkan retorika tarif.
Indeks acuan Jepang, Nikkei 225, naik 0,91% dan Topix juga naik 0,88% pada pembukaan.
Sementara Kospi Korea Selatan naik 1,03% sedangkn Kosdaq yang berkapitalisasi kecil naik 0,6% dengan sentimen bahwa Korea Selatan
Dilaporkan semakin dekat untuk mencapai kesepakatan perdagangan dengan AS.
Menurut Analis Vibiz Research Center , pasar keuangan Tanah Air tampaknya masih akan bergerak variatif pada hari ini. IHSG berada di resistance rawan adanya aksi profit taking dan rupiah juga masih menghadapi tantangan repatriasi dividen big bank.
Namun, sentimen mulai membaik seiring dengan tekanan indeks dolar yang melandai, UBS pasang rating overweight pasar saham RI. Sampai realisasi investasi meningkat sepanjang kuartal pertama tahun ini.
Hari Ini Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto akan menggelar konferensi pers terkait negosiasi dagang dengan Amerika Serikat. Tentu menarik disimak sejauh apa hasil negosiasi serta komoditas apa saja yang menjadi bahan negoisasisi.
Seperti diketahui, pemerintah AS berencana menaikkan tarif resiprokal sebesar 32% kepada Indonesia. Pemerintah AS juga mengkritik sejumlah kebijakan Indonesia mulai dari bioetanol, sertifikasi halal, penggunaan QRIS, hingga ijin ekspor impor dan investasi.
Sementara itu secara teknikal, IHSG di posisi 6600 sedang menguji resistance horizontal line yang ditarik dari high 14 Maret 2025.
Dengan candle yang ditutup merah pada kemarin menunjukkan bahwa posisi saat ini mulai rawan adanya taking profit karena IHSG sudah naik dalam beberapa hari terakhir.
Adapun support yang potensi diuji ke level 6300. Posisi ini menjadi cukup penting diperhatikan karena untuk keluar dari downtrend, IHSG paling tidak harus membentuk higher low.
Sentimen positif lain datang dari luar negeri. Sejak awal tahun, indeks dolar Amerika Serikat (AS) atau DXY sudah melandai lebih dari 8%. Tetapi rupiah masih belum mengapresiasi, yang terjadi malah sebaliknya di mana mata uang Rupiah semakin melemah mendekati Rp17.000/US$. Ini merupakan level terpuruk sepanjang masa, melewati periode krisis 1998 dan 2008.
Kemudian perusahaan investasi global yang berpusat di Zurich, Swiss, UBS Group diketahui menaikkan rekomendasi untuk saham-saham dari bursa Indonesia menjadi ‘overweight’.
Kenaikan rekomendasi saham dari bank global untuk saham RI itu ditengarai oleh pandangan kondisi domestik yang defensif, dengan valuasi saham sudah dekat dengan level terendah waktu Pandemi Covid-19, dan ada potensi dukungan dari big fund pelat merah.
Perubahan rating ini menjadi salah satu sentimen positif, karena sebelumnya ada dua lembaga global yaitu Goldman Sach dan Morgan Stanley Capital International (MSCI) yang turunkan peringkat pasar saham RI.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting



