CEO Optimis Terhadap Arah Ekonomi AS : Tarif, Inflasi, dan Konsumen Lebih Cerdas

330
Orang Amerika, Tenaga Kerja
Vibizmedia Photo

(Vibiznews – Economy & Business) Meski indeks sentimen konsumen Amerika Serikat baru-baru ini anjlok mendekati titik terendah sepanjang masa, CEO dari berbagai sektor utama seperti otomotif, properti, pariwisata, dan teknologi justru menyampaikan narasi yang lebih optimis mengenai daya beli masyarakat. Dalam forum CNBC CEO Council Summit yang diselenggarakan awal pekan ini di Arizona, para pemimpin perusahaan membagikan wawasan langsung dari lapangan mengenai bagaimana konsumen beradaptasi di tengah tekanan inflasi, ancaman tarif, dan suku bunga tinggi.

Sebagian besar pengambil keputusan di tingkat korporasi sepakat bahwa meskipun ada perubahan pola konsumsi, daya beli masyarakat belum sepenuhnya melemah. Justru, ada pola pergeseran konsumsi yang menunjukkan masyarakat menjadi lebih bijak dan selektif dalam membelanjakan uang mereka, dan bukan berhenti sama sekali. Ini memberikan sinyal penting bagi investor, analis pasar, dan pelaku usaha: kekuatan konsumen tidak bisa lagi dibaca hanya dari indikator makro, tapi harus dilihat dari dinamika mikro per sektor.

Konsumen Cerdas, Bukan Lemah: Pernyataan dari Pinterest dan Carvana

CEO Pinterest, Bill Ready, mengungkapkan bahwa pengguna platform tersebut  khususnya dari kelompok Gen Z yang kini mencakup 40% basis pengguna aktif terlihat semakin aktif mencari inspirasi belanja berdasarkan kebutuhan anggaran. Ready mencatat lonjakan lebih dari 200% dalam pencarian terkait produk hemat atau “budget items”, khususnya dalam kategori pakaian dan perlengkapan rumah tangga.

Fenomena ini menunjukkan adanya pergeseran perilaku dari konsumsi impulsif ke konsumsi yang lebih terencana dan strategis. Menurut Ready, konsumen saat ini bukan menahan belanja karena tidak mampu, melainkan lebih berhati-hati karena menyadari adanya tekanan biaya di masa mendatang.

Pandangan ini diperkuat oleh CEO Carvana Ernie Garcia  (e-commerce yang bergerak di bidang penjualan mobil bekas di Amerika Serikat),  yang mengatakan bahwa meskipun terjadi peningkatan pembelian mobil saat kekhawatiran terhadap tarif memuncak, permintaan kini mulai stabil. Garcia menambahkan bahwa harga mobil bekas mulai turun, dan yang lebih penting lagi, stabilitas kredit konsumen tetap terjaga.

“Kami tidak melihat tanda-tanda bahwa kondisi kredit konsumen memburuk secara signifikan. Kredit tetap cukup sehat,” ujar Garcia.

Dengan kata lain, meski suku bunga tinggi membuat biaya cicilan meningkat, tidak terlihat adanya lonjakan gagal bayar atau perlambatan tajam dalam pembelian kendaraan yang menjadi indikator kunci bagi kekuatan ekonomi ritel.

Pasar Properti: Segmen Usia Lanjut Mendorong Permintaan

Dalam sektor properti, CEO developer Taylor Morrison, Sheryl Palmer, menggaris bawahi peran penting kelompok usia “55 tahun ke atas” dalam menopang permintaan perumahan baru. Kelompok ini, menurut Palmer, menguasai lebih dari $114 triliun dalam bentuk aset, dan pasca pandemi, menunjukkan preferensi yang kuat untuk membeli rumah baru  lengkap dengan fasilitas komunitas dan upgrade kenyamanan.

“Pandemi mengubah cara pandang mereka. Kini mereka berpikir, ‘Saya mampu, saya ingin, dan saya ingin hidup maksimal sekarang,’” ujar Palmer.

Berbeda dengan generasi muda yang terbebani oleh suku bunga KPR di atas 7% dan kenaikan harga kebutuhan pokok, generasi senior ini memiliki likuiditas tinggi dan cenderung tidak terlalu sensitif terhadap fluktuasi biaya pembiayaan. Inilah yang membuat segmen properti tetap resilien di tengah tekanan makro ekonomi.

Namun, Palmer juga mencatat bahwa pembeli rumah pertama masih menghadapi banyak pertanyaan: Bisakah saya membeli rumah? Berapa yang bisa saya bayar?”. Ketidakpastian ini, menurutnya, sangat masuk akal dalam konteks harga rumah yang tinggi, premi asuransi yang naik, dan biaya hidup yang terus meningkat.

Travel dan Hiburan: Keinginan Berjalan-jalan Tak Terbendung

CEO Marriott International, Anthony Capuano, menyatakan bahwa minat perjalanan tetap kuat, terutama di awal tahun. Meskipun sempat melambat di bulan Maret, permintaan kembali melonjak di April. Menurutnya, ini didorong oleh keinginan generasi muda untuk mengejar pengalaman dibandingkan kepemilikan aset fisik, dimana tren ini   semakin terlihat pasca pandemi.

“Selama pasar tenaga kerja tetap solid dan tingkat pengangguran rendah, kami tetap merasa cukup percaya diri terhadap kekuatan konsumen,” kata Capuano.

Namun, ia juga memperingatkan bahwa bisnis perhotelan dan pariwisata sangat bergantung pada stabilitas dan kepercayaan konsumen. Ketika dua elemen ini terganggu, volatilitas di sektor ini akan meningkat.

Komisaris National Football League (NFL), Roger Goodell, turut menambahkan bahwa meski sebagian sektor hiburan mengalami tekanan, industri olahraga tetap menunjukkan performa luar biasa. Seperti lebih dari 600.000 orang hadir secara langsung dalam NFL Draft di Green Bay sebagai bukti kuat bahwa penggemar tetap bersedia mengeluarkan uang untuk pengalaman yang bernilai emosional.

Tarif dan Inflasi: Tantangan Psikologis dan Ekonomis

Salah satu kekhawatiran terbesar yang mencuat dalam diskusi para CEO adalah efek psikologis dari kebijakan tarif dan kenaikan harga terhadap konsumen. Perusahaan seperti Walmart, Microsoft, dan Subaru telah memperingatkan potensi kenaikan harga akibat tarif impor dari China yang kembali dinaikkan, meskipun saat ini masih dalam masa penangguhan (tariff pause).

Kenaikan harga ini berpotensi memperparah tekanan terhadap konsumen berpenghasilan menengah dan bawah, yang sudah lebih dahulu tertekan oleh biaya hidup harian. Namun, menariknya, mayoritas CEO yang hadir di forum CNBC menilai bahwa konsumen belum menarik diri dari pasar melainkan mereka hanya mengubah cara bermainnya.

Daya Beli Bertahan, Tapi Lebih Cerdas dan Tersegmentasi

Opini  dari para CEO lintas sektor menunjukkan bahwa kekuatan belanja konsumen AS belum sirna, hanya ber transformasi. Perilaku konsumsi kini lebih didasarkan pada perencanaan, efisiensi, dan nilai emosional yang lebih tinggi dan bukan sekadar dorongan sesaat.

Bagi investor dan analis pasar, kondisi ini menyajikan dua realitas penting:

  1. Sektor-sektor dengan fokus pada konsumen mapan dan segmen usia lanjut masih sangat menarik, terutama properti dan kendaraan kelas menengah ke atas.
  2. Sektor berbasis pengalaman seperti pariwisata, olahraga, dan hiburan tetap tumbuh, didorong oleh demografi muda yang lapar akan pengalaman.

Namun, ancaman dari tarif dan inflasi tetap membayangi, dan jika pasar tenaga kerja mulai goyah, kepercayaan konsumen bisa berubah dengan cepat.

Secara keseluruhan, data dari lapangan menunjukkan bahwa ekonomi konsumen AS masih memiliki momentum, tetapi membutuhkan kehati-hatian dalam membaca sinyal mikro dan perubahan perilaku konsumen yang lebih kompleks dari sebelumnya.