(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada seminggu berlalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- Pasar keuangan di minggu lalu berakhir serempak menguat, dengan rupiah dan IHSG bullish dan bertengger perkasa.
- Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan BI Rate 25 bps ke level 5,50%.
- Capital inflow mengalir cukup deras sekitar Rp14,7 triliun dalam sepekan.
- Sentimen global saat ini sekitar risiko fiskal dan kelanjutan deal tariff
- Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan mendatang adalah minim.
Minggu berikutnya, isyu prospek ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 26-28 May 2025.
===
Minggu yang baru lewat IHSG di pasar modal Indonesia terpantau lanjutkan rally kuat di pekan keenamnya, bertengger ke level 17 minggu terkuatnya, dipimpin sektor bahan baku, serta ditopang oleh net buy investor asing, turunnya BI Rate, serta menyempitnya defisit transaksi berjalan. Sementara itu, bursa kawasan Asia pada seminggu ini umumnya mixed. Secara mingguan IHSG ditutup menguat 1,51%, atau 107,637 poin, ke level 7.214,163. Dalam sebulan terakhir IHSG sudah menguat 10,35%. Untuk minggu berikutnya (26-28 May 2025), dipotong libur Hari Kenaikan dan cuti bersama, IHSG kemungkinan akan diincar profit taking karena sekitar overbought area dan long weekend, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level level 7.325 dan 7.530. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 7.002, dan bila tembus ke level 6.811.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan berlalu berakhir bullish ke sekitar 13 minggu terkuatnya, searah positifnya mata uang sekawasan Asia, setelah BI Rate dipangkas ke level 5,50% serta berlanjutnya capital inflow sekitar Rp14 triliun di pasar SBN. Rupiah secara mingguannya berakhir menguat 1,34% atau 221 poin ke level Rp 16.214 per USD. Sementara, dollar global tertekan pada 3,5 minggu terendahnya. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan berupaya berbalik sebentar, atau kemungkinan rupiah terkoreksi dari overbought-nya, dalam range antara resistance di level Rp16.419 dan Rp Rp16.469, sementara support di level Rp16.169 dan Rp16.149.
Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau naik terbatas secara mingguannya, terlihat dari pergerakan turun tipis dari yield obligasi dan berakhir ke level 6,809% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah berbalik derasnya ke aksi beli investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury terpantau menguat di pekan keempatnya.
===
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 Mei 2025 memutuskan untuk menurunkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 5,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,25%.
Keputusan ini konsisten dengan prakiraan inflasi tahun 2025 dan 2026 yang rendah dan terkendali dalam sasaran 2,5±1%, upaya mempertahankan stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya, serta untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dengan realisasi PDB triwulan I 2025 dan mencermati dinamika perekonomian global, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2025 berada dalam kisaran 4,6–5,4%, sedikit lebih rendah dari kisaran prakiraan sebelumnya 4,7–5,5%.
BI melaporkan transaksi berjalan mencatat defisit yang lebih rendah. Pada triwulan I 2025, transaksi berjalan mencatat defisit 0,2 miliar dolar AS (0,1% dari PDB), lebih rendah dibandingkan dengan defisit 1,1 miliar dolar AS (0,3% dari PDB) pada triwulan IV 2024.
Berdasarkan data transaksi 19 – 22 Mei 2025, secara agregat nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp14,73 triliun, terdiri dari beli neto sebesar Rp1,54 triliun di pasar saham dan sebesar Rp14,13 triliun di pasar SBN, serta jual neto sebesar Rp0,95 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
===
Berita pasar, apakah isyu dari kawasan Amerika, Eropa, atau Jepang, atau dari the Federal Reserve, acapkali memengaruhi pasang surutnya pasar investasi. Satu saat sepertinya memberi harapan, pada kesempatan lain memutuskan ekspektasinya. Sangat tidak menentu. Sering juga spekulasi pasar terbentuk untuk menggerakkan pasar itu sendiri. Kita tidak menyalahkan pasar atas hal tersebut. Pasar tidak pernah salah. Kita, sebagai investor, yang harus mengerti siapa pasar, apa perilakunya dan psikologinya, serta bagaimana penyebabnya.
Vibiznews.com dapat menjadi pendukung bagi Anda untuk memahami pasar investasi lebih baik. Bagi Anda kami selalu hadir mendampingi. Saat ini, kami sampaikan terimakasih kepada para members yang telah bersama terus dengan kami, partner sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting



