The Fed Bertahan, Tarif Trump, dan Risiko Geopolitik : Wall Street Berspekulasi

296

(Vibiznews-Economy) Di tengah sinyal dari para pejabat Federal Reserve bahwa suku bunga akan tetap ditahan untuk periode yang lebih lama, investor dan pelaku pasar kini mengalihkan perhatian mereka kepada Ketua The Fed, Jerome Powell, untuk mencari petunjuk: langkah apa yang dibutuhkan agar bank sentral AS ini akhirnya menurunkan suku bunga? Dan kapan hal itu mungkin terjadi?

Pertemuan kebijakan moneter yang akan berlangsung pada 17–18 Juni diperkirakan akan menjadi yang keempat kalinya berturut-turut tanpa adanya perubahan suku bunga. Situasi ini bisa saja memicu kritik terbuka dari Presiden Donald Trump, yang sejak lama mendesak The Fed untuk memangkas suku bunga demi mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, para pembuat kebijakan tetap konsisten: mereka membutuhkan lebih banyak kejelasan dari Gedung Putih, khususnya terkait isu-isu besar seperti tarif perdagangan, kebijakan imigrasi, dan arah kebijakan fiskal.

Di sisi lain, konflik geopolitik yang kian memanas, khususnya serangan Israel terhadap situs nuklir Iran, turut menambah lapisan ketidakpastian baru bagi perekonomian global. Meskipun demikian, kondisi ekonomi domestik AS masih relatif sehat, walaupun menunjukkan tanda-tanda mulai menurun secara perlahan. Berdasarkan kontrak berjangka suku bunga, investor saat ini memperkirakan bahwa pemangkasan suku bunga baru akan terjadi paling cepat pada bulan September.

Menurut Seema Shah, Kepala Strategi Global di Principal Asset Management, “Jalur yang paling aman dalam situasi seperti ini ketika tidak ada urgensi untuk memangkas suku bunga adalah menunggu dan tidak melakukan apa pun.”

Dilema Kebijakan

The Fed dihadapkan pada tantangan kompleks dalam mempertimbangkan kebijakan suku bunga di tengah ketidakpastian yang terus meningkat. Tarif impor yang diberlakukan Presiden Trump diperkirakan akan mendorong inflasi serta memperlambat pertumbuhan ekonomi. Dalam pernyataan pasca-pertemuan sebelumnya, The Fed sudah menyoroti risiko ini. Bila situasi berlanjut, bank sentral bisa saja dipaksa untuk memilih antara menjaga stabilitas harga atau mendukung pertumbuhan ekonomi, yang merupakan dua arah yang bisa saling bertentangan.

“Saat ini belum ada hal yang terlalu mengkhawatirkan,” kata David Hoag, Manajer Portofolio Pendapatan Tetap di Capital Group. “Namun, semakin lama ketidakpastian ini bertahan—baik bagi konsumen maupun perusahaan dalam merencanakan investasi, maka saya akan semakin khawatir terhadap prospek fundamental ekonomi.”

Meski ada kekhawatiran tersebut, sejauh ini tidak terdapat sinyal bahaya yang cukup kuat dari perekonomian yang dapat mendorong The Fed untuk segera bertindak. Tingkat pengangguran masih bertahan stabil selama tiga bulan terakhir, meskipun pertumbuhan lapangan kerja mulai melambat. Hal ini sebagian disebabkan oleh penurunan tajam dalam imigrasi yang juga menurunkan pasokan tenaga kerja. Selama tingkat pengangguran tetap rendah dan stabil, The Fed memiliki lebih banyak ruang untuk menahan suku bunga sebagai antisipasi terhadap potensi tekanan inflasi.

Inflasi yang Masih Terkendali

Dari sisi inflasi, data terbaru menunjukkan bahwa tekanan harga inti masih lebih lemah dari yang diperkirakan. Inflasi inti pada bulan Mei tercatat meningkat untuk bulan keempat berturut-turut, namun masih di bawah ekspektasi pasar. Reaksi pasar obligasi terhadap data ini cukup jelas: imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor dua tahun, data yang paling sensitif terhadap kebijakan suku bunga The Fed dimana turun lebih dari tujuh basis poin dalam sepekan, menjadi 3,96%.

Namun, para pembuat kebijakan kemungkinan akan menunggu beberapa bulan lagi untuk melihat data yang lebih komprehensif guna menilai sejauh mana dampak tarif benar-benar dirasakan oleh konsumen. Sementara itu, potensi guncangan harga minyak akibat ketegangan di Timur Tengah, meskipun biasanya dikesampingkan oleh The Fed dalam penilaian inflasi—masih berisiko mengganggu ekspektasi inflasi jangka menengah.

Proyeksi Ekonomi Baru

Salah satu elemen penting dalam pertemuan The Fed pekan ini adalah proyeksi ekonomi dan jalur suku bunga terbaru. Ini akan menjadi proyeksi pertama sejak pengumuman Presiden Trump pada 2 April lalu terkait pemberlakuan tarif besar-besaran, yang disebut sebagai “Hari Pembebasan” oleh Gedung Putih.

Menurut Seema Shah, apabila dalam proyeksi terbaru terlihat bahwa tingkat pengangguran diperkirakan naik secara signifikan di atas target 4,4% yang ditetapkan pada bulan Maret lalu, maka itu bisa menjadi sinyal bahwa pemangkasan suku bunga bisa datang lebih awal dari kuartal keempat.

Beberapa pejabat The Fed, seperti Gubernur Christopher Waller, juga telah mengindikasikan kesiapan untuk memangkas suku bunga bila tekanan harga akibat tarif dinilai hanya bersifat sementara dan ekspektasi inflasi tetap terkendali. Pandangan ini sejalan dengan sinyal dari pasar yang juga melihat dampak tarif hanya bersifat jangka pendek.

Namun, jika proyeksi inflasi justru dinaikkan, maka kemungkinan pemangkasan suku bunga tahun ini bisa dipersempit menjadi satu kali saja, dibandingkan dua kali seperti yang terlihat dalam proyeksi bulan Maret. Dalam catatan kepada klien, analis Barclays bahkan memperingatkan potensi kejutan “hawkish” semacam itu dari pertemuan kali ini.

Ada juga kemungkinan bahwa ketidakpastian terhadap arah kebijakan ekonomi Gedung Putih membuat The Fed memilih untuk tidak banyak mengubah proyeksinya kali ini. “Saya akan cukup terkejut kalau proyeksi suku bunga (dot plot) berubah banyak,” kata Zachary Griffiths, Kepala Strategi Makroekonomi di CreditSights. “Situasinya sangat fluktuatif sejak Maret lalu. Secara keseluruhan, kita masih berada di posisi yang serupa.”

Penentu Utama: Data

Pada akhirnya, waktu penurunan suku bunga akan sangat ditentukan oleh seberapa cepat dan seberapa besar kebijakan Trump mulai terlihat dampaknya dalam data ekonomi. Survei Bloomberg terhadap para ekonom yang dilakukan pada 6–11 Juni menunjukkan bahwa 42% responden memperkirakan The Fed akan tetap mempertahankan suku bunga sampai muncul bukti kelemahan ekonomi yang lebih nyata.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat, tekanan geopolitik yang meningkat, serta ketidakpastian kebijakan yang belum reda, The Fed saat ini berada di persimpangan yang kompleks. Di satu sisi, menahan suku bunga terlalu lama bisa memicu risiko pertumbuhan yang lebih lemah. Di sisi lain, memangkas suku bunga terlalu dini bisa memperburuk ekspektasi inflasi dan melemahkan kredibilitas kebijakan moneter.

Jerome Powell dan para koleganya tampaknya akan terus menunggu dengan tangan di atas tombol pemangkasan suku bunga seraya mencermati sinyal dari data dan perkembangan global yang sangat dinamis.