(Vibiznews – Commodity) – Harga minyak mentah dunia melonjak ke tertinggi 2 pekan lebih pada akhir perdagangan komoditas pekan Sabtu dinihari (12/7/2025) oleh permintaan musim panas yang kuat serta risiko geopolitik di Timur Tengah.
Lonjakan harga minyak WTI dan Brent hingga naik 2% lebih karena pertimbangan ketatnya pasokan jangka pendek dibandingkan kekhawatiran surplus jangka panjang.
Meskipun IEA memperkirakan potensi surplus akhir tahun ini, permintaan perjalanan musim panas yang kuat dan tingginya operasional kilang mendukung kenaikan harga saat ini.
Janji Rusia untuk mengimbangi kelebihan produksi dan ekspektasi rekor pengiriman minyak mentah Saudi ke Tiongkok pada bulan Agustus menambah sentimen bullish jangka pendek.
Namun, revisi IEA yang meningkat terhadap pertumbuhan pasokan dan proyeksi permintaan yang lebih rendah menunjukkan keseimbangan yang lebih lemah di akhir tahun.
Ketidakpastian permintaan jangka panjang juga dirasakan oleh OPEC, yang memangkas prospek permintaan minyak global untuk tahun 2026–2029 karena pertumbuhan Tiongkok yang lebih lambat.
Sementara itu, risiko geopolitik tetap menjadi fokus, dengan pasar bersiap menghadapi potensi sanksi baru AS terhadap Rusia di tengah meningkatnya ketegangan terkait Ukraina.
Untuk kekhawatiran surplus jangka panjang yang membayangi hingga akhir tahun terjadi setelah OPEC+ menaikkan produksi bulan Agustus sebesar 548.000 barel per hari.
Harga Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak bulan Juli naik 2,8% menjadi $68,45 per barel.
Harga minyak mentah berjangka acuan jenis Brent naik 2,5% menjadi $70,40 per barel.
Secara teknikal, untuk pergerakan harga minyak WTI pekan depan diperkirakan akan bertemu kisaran support di $66.70 – $60.10 dan kisaran resisten di $69.60 – $73.30.



