(Vibiznews – Economy & Business) Apa yang akan diucapkan dan diputuskan pekan ini dapat menetapkan nada bagi fase besar berikutnya dalam Supercycle Komoditas global.
Pekan yang paling dinanti sepanjang tahun ini bahkan mungkin momen paling penting dalam sejarah ekonomi modern akhirnya tiba. Ketua Federal Reserve Jerome Powell dijadwalkan menyampaikan pidato penting pada hari ini ( Selasa ), sementara tenggat waktu tarif Presiden Trump yang berpotensi mengguncang pasar akan jatuh sebelum akhir pekan yakni 1 Agustus.
Dua katalis utama ini yaitu kebijakan moneter dan geopolitik, bersamaan pada saat posisi pasar berada dalam kondisi yang sangat tipis dan sangat sensitif terhadap berita makro. Apa yang dikatakan dan diputuskan pekan ini dapat menetapkan arah untuk langkah besar berikutnya dalam Supercycle Komoditas global.
Pidato Penting Powell: Kejutan Hawkish atau Penyerahan Dovish?
Seluruh perhatian pasar global akan tertuju pada Powell pada Selasa, ketika para trader menganalisis setiap kata dan nuansa dari pidatonya untuk mencari tanda-tanda perubahan menuju pelonggaran (dovish) atau penegasan kembali sikap hawkish The Fed. Meskipun inflasi telah mereda dari ekstrem tahun lalu, The Fed tetap berada di bawah tekanan untuk membenarkan retorika “higher-for-longer” di tengah risiko pengetatan berlebihan (over-tightening) yang semakin besar.
Bagi pasar komoditas, dampak dari pidato Powell akan menjadi dasar bagi pergerakan besar berikutnya di pasar.
Jika Powell menampilkan sikap dovish, hal ini dapat memicu aksi jual dolar AS, membuka peluang kenaikan di seluruh sektor logam mulia dan energi. Emas dan perak, khususnya, kemungkinan akan mendapatkan keuntungan dari meningkatnya permintaan aset safe haven dan turunnya imbal hasil riil. Harga minyak, yang sudah rebound akibat kendala pasokan, bisa mendapatkan momentum tambahan seiring melonggarnya kondisi keuangan dan meningkatnya ekspektasi permintaan.
Sebaliknya, jika Powell tetap bersikap hawkish dan menegaskan tingkat suku bunga tinggi hingga 2026, hal ini dapat menekan harga logam industri, memicu kembali kekhawatiran resesi, dan memperkuat dolar, yang kemudian akan memperketat likuiditas di seluruh pasar komoditas.
Trump vs Powell: Drama Politik dengan Dampak Nyata pada Komoditas
Menambah ketegangan dalam campuran volatilitas pekan ini adalah meningkatnya konflik antara Presiden Trump dan Jerome Powell. Ancaman Trump untuk memecat Powell jika pemangkasan suku bunga tidak terjadi telah menambahkan tingkat ketidakpastian politik baru dan meningkatkan volatilitas di pasar yang sudah rapuh.
Konfrontasi ini bukan lagi sekadar soal kebijakan moneter. Ini tentang independensi bank sentral, intervensi politik, dan bagaimana ketegangan ini dapat merambat ke aset-aset sensitif inflasi seperti emas, perak, dan minyak.
Para analis di GSC Commodity Intelligence menyebut pidato Powell kali ini sebagai pidato paling berpengaruh sepanjang kariernya. Bagi para trader komoditas, ini bisa menjadi titik balik yang akan membentuk arah pasar sepanjang sisa tahun 2025.
Tenggat Tarif: Titik Balik bagi Rantai Pasok dan Harga Komoditas
Jika pidato Powell saja belum cukup, tenggat waktu tarif pada hari Jumat juga membayangi pasar global. Kecuali ada penangguhan menit terakhir, Amerika Serikat akan memberlakukan tarif besar-besaran terhadap impor dari Tiongkok dan Eropa sebagai langkah yang dapat membawa dampak mendalam bagi komoditas industri global.
Logam dasar seperti tembaga, aluminium, baja, dan logam tanah jarang menghadapi risiko yang sangat tinggi. Rantai pasokan global saat ini sudah rapuh, persediaan tipis, dan eskalasi tarif lebih lanjut dapat memicu kelangkaan mendadak dan lonjakan harga yang tajam.
Pasar energi juga sangat rentan, karena sentimen risk-off dan volatilitas mata uang dapat menekan proyeksi permintaan, meskipun potensi pengetatan pasokan akibat tarif bisa memicu kenaikan harga di sisi lain.
Tarif ini bukan hanya sekadar berita kebijakan dagang. Kebijakan ini dapat memicu gelombang baru inflasi harga komoditas, memperburuk tekanan inflasi global yang selama ini didorong oleh fragmentasi geopolitik, konflik perdagangan, dan perlambatan rantai pasok dunia.
Perdagangan Komoditas 2025 Dapat Dimulai Pekan Ini
Jika Powell memberi sinyal dovish dan tarif mengganggu rantai pasok, pasar dapat menyaksikan reli besar di aset keras, mulai dari emas, perak, minyak, hingga tembaga. Namun jika Powell tetap hawkish dan tarif diberlakukan, aliran modal ke aset safe haven kemungkinan masih akan mendukung logam mulia dan energi, meskipun sektor logam industri akan menghadapi tekanan signifikan akibat menurunnya prospek pertumbuhan global.
Bagaimanapun, ketidakpastian adalah risiko terbesar saat ini. Jendela waktu untuk bertindak semakin sempit. Perdagangan komoditas terbesar tahun 2025 mungkin hanya tinggal beberapa hari lagi sebelum dimulai.
Pertanyaan terbesar saat ini bukan hanya apakah The Fed akan melunak atau tetap keras, atau seberapa besar tarif yang akan dijatuhkan Trump.
Supercycle komoditas berikutnya tidak akan menunggu siapa pun. Pekan ini berpotensi menjadi awal dari tren besar yang akan membentuk struktur ekonomi global selama bertahun-tahun ke depan.
Risiko dan Strategi yang Perlu Diperhatikan Investor
Bagi investor dan trader komoditas, ada beberapa risiko utama dan strategi yang patut dipertimbangkan:
- Risiko Kebijakan Moneter AS
Jika Powell mengisyaratkan pemangkasan suku bunga, dolar AS kemungkinan melemah dan meningkatkan harga komoditas global, terutama logam mulia dan energi. Sebaliknya, jika Powell menegaskan suku bunga tinggi untuk waktu lama, likuiditas pasar bisa mengetat dan menekan harga logam industri. - Risiko Tarif dan Geopolitik
Penetapan tarif baru AS dapat mengganggu rantai pasok global dan memicu kenaikan harga tembaga, aluminium, baja, dan logam tanah jarang, serta meningkatkan biaya input industri di seluruh dunia. - Volatilitas Mata Uang
Pergerakan dolar yang tajam akan memengaruhi harga komoditas global yang didominasi dolar, baik sebagai risiko maupun peluang hedging. - Strategi Safe Haven
Dalam skenario ketidakpastian tinggi, emas dan perak tetap menjadi aset pelindung nilai yang dicari, sementara minyak berpeluang naik jika kondisi pasokan mengetat di tengah pelonggaran kebijakan moneter.
Memasuki Pekan Paling Menentukan
Apa pun hasilnya, pekan ini akan menjadi momen yang membentuk ulang lanskap makroekonomi global. Investor dan pelaku pasar komoditas harus memantau dengan cermat pidato Powell dan perkembangan kebijakan tarif AS, karena kombinasi keduanya akan menjadi penentu utama arah harga komoditas global untuk sisa tahun ini hingga 2026. Supercycle komoditas berikutnya mungkin sedang menunggu untuk dimulai.



