The Fed di Persimpangan: Mengapa Suku Bunga September Masih Jadi Tanda Tanya

642
The word FED Federal Reserve on US dollars as the economy concept, interest rates control to help world economy crisis

(Vibiznews – Economy & Business) Pasar keuangan hampir sepakat memprediksi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan bulan September. Berdasarkan data CME FedWatch Tool, probabilitas pemangkasan mencapai 100% yang mencerminkan keyakinan investor bahwa bank sentral akan bergerak cepat untuk mendukung perekonomian yang mulai melambat, khususnya di pasar tenaga kerja.

Namun, di balik keyakinan pasar, sinyal dari para pejabat The Fed sendiri jauh dari kata kompak. Dalam dua hari terakhir, empat pejabat bank sentral berbicara di hadapan publik, dan tidak satu pun yang secara tegas menyatakan dukungan terhadap langkah tersebut.

Situasi ini menempatkan The Fed pada dilema klasik: di satu sisi, ada tekanan untuk menurunkan biaya pinjaman demi mencegah pelemahan ekonomi yang lebih tajam; di sisi lain, inflasi masih berada di atas target tahunan 2%, dan langkah pemangkasan bisa memicu kenaikan harga yang tidak diinginkan.

Inflasi , Pengangguran dan Mandat Ganda

Sejak Desember lalu, The Fed mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25% hingga 4,5%. Kebijakan ini dirancang untuk meredam sisa-sisa lonjakan inflasi pascapandemi. Meski tren harga sempat melandai, inflasi masih belum kembali ke level target 2%.

Di sisi lain, mandat ganda The Fed  menjaga stabilitas harga sekaligus mendukung tingkat pekerjaan yang tinggi yang kini terancam dari dua arah. Tarif impor yang diberlakukan Presiden Donald Trump menjadi sumber tekanan baru. Tarif ini berpotensi mendorong harga barang impor naik, memicu inflasi, sekaligus mengurangi permintaan dan menghambat pertumbuhan lapangan kerja.

Data terbaru menunjukkan pasar tenaga kerja mulai melemah, sementara inflasi justru sedikit meningkat. Kombinasi ini mempersempit ruang manuver The Fed dan membuat setiap keputusan kebijakan moneter sarat risiko.

Raphael Bostic: Masih Ada Waktu untuk Menunggu

Raphael Bostic, Presiden Federal Reserve Bank of Atlanta, menilai saat ini The Fed masih punya ruang untuk bersabar. Dalam acara di sebuah community college di Alabama, Bostic menyatakan bahwa dengan tingkat pengangguran yang masih rendah, bank sentral bisa menunggu kejelasan lebih lanjut sebelum memutuskan langkah berikutnya.

“Saya rasa kita punya waktu untuk menunggu hari ini, karena pasar tenaga kerja masih berada di tingkat pekerjaan penuh,” kata Bostic.

Bostic juga mengingatkan agar The Fed tidak terjebak pada pola kebijakan yang berubah-ubah seperti di era 1970-an, yang pada akhirnya justru merusak stabilitas ekonomi. Meski menjadi anggota Federal Open Market Committee (FOMC), Bostic saat ini tidak memiliki hak suara.

Austan Goolsbee: Tarif adalah Guncangan “Stagflasi”

Austan Goolsbee, Presiden Federal Reserve Bank of Chicago, justru menyoroti risiko besar dari tarif impor terhadap ekonomi. Menurutnya, tarif merupakan guncangan stagflasi, sebuah kondisi buruk di mana pertumbuhan ekonomi stagnan sementara inflasi tinggi.

“Tarif membuat kedua sisi mandat The Fed memburuk pada saat yang sama, dan itu posisi terburuk yang bisa dihadapi bank sentral,” ujarnya dalam acara kamar dagang di Illinois.

Goolsbee khawatir tarif, khususnya pada barang strategis seperti chip komputer, dapat memicu kenaikan harga berantai pada produk yang memanfaatkan komponen tersebut. Meski mungkin awalnya hanya memicu lonjakan harga satu kali, ada risiko efeknya bertahan lama dan memperburuk tekanan inflasi.

Berbeda dengan Bostic, Goolsbee adalah anggota FOMC yang memiliki hak suara, sehingga pandangannya berpotensi lebih berpengaruh pada keputusan akhir.

Jeff Schmid: Belum Perlu Potong Suku Bunga

Jeff Schmid, Presiden Federal Reserve Bank of Kansas City, mengambil posisi hati-hati. Menurutnya, sejauh ini tarif belum secara signifikan memicu inflasi. Namun, dengan inflasi tetap di atas target dan perekonomian masih menunjukkan momentum positif, ia menilai kebijakan moneter yang sedikit ketat tetap tepat untuk saat ini.

“Mempertahankan kebijakan moneter yang sedikit restriktif masih tepat untuk sementara waktu,” ujarnya dalam konferensi ekonomi di Oklahoma.

Schmid adalah anggota FOMC dengan hak suara, sehingga keberadaannya di kubu yang cenderung menahan pemangkasan suku bunga menambah ketidakpastian pasar.

Thomas Barkin: Keseimbangan Masih “Belum Jelas”

Thomas Barkin, Presiden Federal Reserve Bank of Richmond, memilih posisi netral. Ia mengakui adanya tekanan di kedua sisi, baik inflasi maupun pengangguran. Akan tetapi menilai keseimbangan di antara keduanya belum bisa ditentukan.

“Kita mungkin akan melihat tekanan pada inflasi, dan mungkin juga pada pengangguran, tetapi keseimbangan antara keduanya masih belum jelas,” kata Barkin di Chicago.

Seperti Bostic, Barkin saat ini tidak memiliki hak suara di FOMC. Namun, komentarnya mencerminkan sentimen umum di internal The Fed bahwa situasi saat ini membutuhkan data tambahan sebelum diambil keputusan besar.

Hawk vs Dove: Siapa yang Akan Menang?

Meskipun banyak pejabat The Fed masih ragu-ragu, tidak semua berada di tengah. Setidaknya dua gubernur bank sentral, Michelle Bowman dan Christopher Waller, sudah secara terbuka menyatakan dukungan untuk pemangkasan suku bunga.

Keduanya bahkan memberikan suara mendukung pemangkasan pada pertemuan Juli lalu, berbeda dengan mayoritas anggota yang memilih mempertahankan suku bunga. Artinya, kubu dovish  yang menginginkan pelonggaran kebijakan sudah memiliki pijakan, meski belum cukup kuat untuk memastikan kemenangan dalam pemungutan suara September.

Hasil akhirnya akan sangat bergantung pada data ekonomi beberapa minggu ke depan. Jika angka inflasi menunjukkan perbaikan atau pasar tenaga kerja melemah lebih jauh, kemungkinan lebih banyak “fence-sitter” atau pihak ragu akan bergeser ke kubu dovish.

Pengaruh Politik dari Gedung Putih

Selain faktor ekonomi, dinamika politik juga mempengaruhi arah kebijakan The Fed. Presiden Donald Trump dan pejabat pemerintahan telah semakin sering menuntut pemangkasan suku bunga. Mereka berargumen bahwa langkah tersebut akan memperkuat daya saing ekonomi AS di tengah tekanan perdagangan global.

Meski The Fed secara resmi independen dari pengaruh politik, sejarah menunjukkan bahwa tekanan publik dari presiden dapat memengaruhi ekspektasi pasar dan, pada beberapa kasus, keputusan kebijakan.

Dengan inflasi yang belum kembali ke target, pasar tenaga kerja yang mulai melemah, tarif impor yang mengancam kedua sisi mandat The Fed, dan tekanan politik yang meningkat, pertemuan bulan September menjadi salah satu yang paling diawasi pasar dalam beberapa tahun terakhir.

Bagi investor, pesan utamanya jelas: meskipun pasar menilai probabilitas pemangkasan suku bunga mendekati kepastian, sinyal dari internal The Fed menunjukkan pertarungan ide yang masih berlangsung. Apakah kubu hawkish yang ingin menahan suku bunga akan menang, atau kubu dovish yang ingin segera melonggarkan kebijakan akan menguasai keputusan?

Jawabannya akan ditentukan oleh kombinasi data ekonomi, kalkulasi risiko, dan tak kalah penting adalah politik moneter di Washington dalam beberapa minggu ke depan.

Tabel: Posisi Pejabat The Fed—Hawkish, Dovish, atau Netral

Pejabat The Fed Position Keterangan Singkat
Austan Goolsbee (Chicago Fed, voting) Dovish Menyoroti risiko stagflasi akibat tarif dan cenderung mendukung pemangkasan bunga
Jeffrey R. Schmid (Kansas City Fed, voting) Hawkish Menilai kondisi ekonomi masih cukup kuat; suku bunga saat ini dianggap “tepat sementara ini”.
Susan M. Collins (Boston Fed, voting) Hawkish / Netral Cenderung hati-hati terhadap pemangkasan, mendukung kestabilan inflasi.
Alberto G. Musalem (St. Louis Fed, voting) Hawkish Lebih konservatif dalam memotong suku bunga, fokus menekan risiko inflasi.
Raphael Bostic (Atlanta Fed, non-voting) Netral Menyarankan “menunggu dan melihat” karena pasar tenaga kerja masih kuat.
Thomas Barkin (Richmond Fed, non-voting) Netral Mengakui ketidakpastian: inflasi dan pengangguran sama-sama berisiko
Michelle Bowman (Governor) Dovish Mendukung pemangkasan suku bunga, termasuk suara mendorong pemangkasan di Juli
Christopher Waller (Governor) Dovish Mendukung pemangkasan suku bunga di pertemuan Juli lalu

Timeline: Rilis Data Ekonomi Penting Menuju Pertemuan September

Beberapa laporan ekonomi penting yang akan dirilis sebelum pertemuan Fed pada awal September:

  • Laporan CPI (Consumer Price Index)
    Selasa, 12 Agustus 2025 – Inflasi bulanan dan tahunan diumumkan; penting untuk menentukan tekanan harga
  • Laporan Pengangguran / Payroll (Jobs Report)
    Umumnya dirilis setiap awal bulan. Laporan Juli dipublikasikan awal Agustus, dan laporan Agustus diharapkan sekitar minggu pertama September. (Tidak spesifik tanggal)
  • Permintaan KPR & Suku Bunga Hipotek
    Tercatat pada minggu kedua Agustus, misalnya suku bunga hipotek turun ke level 6,67%—terendah sejak April—dan refinancing melonjak 23%
  • Survei Sentimen Ekonomi (St. Louis Fed Economic News Index)
    Dirilis mingguan setiap hari Jumat, termasuk 15 dan 22 Agustus, serta 29 Agustus
  • Rilis Data Personal Income & Outlays
    29 Agustus – Mencerminkan konsumsi dan pendapatan konsumen
  • Data Perdagangan Internasional (Trade Balance)
    5 Agustus dan 4 September  Menunjukkan neraca perdagangan, penting di tengah tekanan tarif

Dapat disimpulkan, pasar sangat yakin Fed akan memangkas suku bunga di September.

Namun, pejabat Fed belum sepakat: beberapa masih menunggu data (netral), beberapa mempertahankan posisi ketat (hawkish), dan beberapa mendukung pemangkasan jika data mendukung (dovish). Komposisi FOMC 2025 sedikit lebih berat ke hawkish, tapi dovish tetap memiliki pengaruh kritis.

Data ekonomi penting seperti CPI, jobs report, konsumsi & pendapatan, sentimen, dan data perdagangan bakal menjadi penentu keputusan.

Akhirnya, keputusan akan sangat bergantung pada analisis data terkini, bukan sekadar ekspektasi pasar atau tekanan politik.