(Vibiznews – Banking & Insurance) – Bank Indonesia merilis laporan likuiditas perekonomian atau uang beredar posisi Juli 2025.
Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Juli 2025 tumbuh lebih tinggi.
Pertumbuhan M2 pada Juli 2025 sebesar 6,5% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Juni 2025 sebesar 6,4% (yoy) sehingga tercatat Rp9.569,7 triliun.
Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 8,7% (yoy) dan uang kuasi sebesar 4,8% (yoy).
Perkembangan M2[1] pada Juli 2025 terutama dipengaruhi oleh aktiva luar negeri bersih dan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus).
Aktiva luar negeri bersih pada Juli 2025 tumbuh sebesar 7,3% (yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 3,9% (yoy) sehingga tercatat sebesar Rp2.004,1 triliun.
Tagihan bersih kepada Pempus terkontraksi sebesar 6,2% (yoy), lebih kecil dari kontraksi Juni 2025 sebesar 8,2% (yoy).
Sementara itu, penyaluran kredit pada Juli 2025 tumbuh sebesar 6,6% (yoy), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 7,6% (yoy).[2]
Faktor-faktor yang memengaruhi uang beredar
Berdasarkan faktor yang memengaruhinya, Perkembangan M2 pada Juli 2025 terutama dipengaruhi oleh aktiva luar negeri bersih dan tagihan bersih kepada Pempus.
Aktiva luar negeri bersih pada Juli 2025 tercatat sebesar rp 2.004,1triliun atau tumbuh sebesar 7,3% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 3,9% (yoy).
Tagihan bersih sistem moneter kepada Pemerintah Pusat (Pempus) terkontraksi sebesar 6,2% (yoy), lebih kecil dari kontraksi Juni 2025 sebesar 8,2% (yoy).
Sementara itu, penyaluran kredit pada Juli 2025 tumbuh sebesar 6,6% (yoy), setelah tumbuh sebesar 7,6% (yoy) pada bulan sebelumnya.
Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK)
Perkembangan DPK pada Juli 2025 tercatat Rp 8.971,8 triliun atau tumbuh 6,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 6,5%(yoy).
Pertumbuhan tersebut didorong oleh giro dan simpanan berjangka yang tumbuh masing-masing sebesar 10,0% (yoy), dan 4,7% (yoy). Meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh masing-masing sebesar 8,7% (yoy), dan 4,1% (yoy).
Sementara itu, Tabungan tumbuh sebesar 6,1% (yoy), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 7,2% (yoy).
Berdasarkan golongan nasabah, terutama didorong oleh pertumbuhan DPK Korporasi sebesar 12,6% (yoy), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 12,2% (yoy).
Perkembangan Kredit
Kredit yang disalurkan oleh perbankan pada Juli 2025 tetap tumbuh. Penyaluran kredit pada Juli 2025 tercatat sebesar Rp 7.933,6 triliun, atau tumbuh 8,6% (yoy), setelah tumbuh 7,6% (yoy) pada Juni 2025.
Penyaluran kredit pada debitur korporasi dan perorangan tumbuh masing-masing sebesar 9,3%, (yoy) dan 3,5% (yoy).
Berdasarkan jenis penggunaan, Kredit Modal Kerja (KMK) pada Juli 2025 tumbuh sebesar 2,7% (yoy), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 4,2% (yoy).
Perkembangan KMK terutama bersumber dari pertumbuhan sektor Industri Pengolahan, serta Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan.
Kredit Investasi (KI) pada Juli 2025 tumbuh sebesar 11,8% (yoy), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 12,2 (yoy).
Terutama bersumber dari Sektor Pertambangan dan Penggalian, serta sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan.
Sementara itu, Kredit Konsumsi (KK) pada Juli 2025 tumbuh sebesar 7,9% (yoy), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 8,5% (yoy). Terutama didorong oleh Kredit Pemilikan Rumah (KPR), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) dan Kredit Multi Guna.
Penyaluran Kredit Properti tumbuh sebesar 4,3% (yoy), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 5,5% (yoy). Terutama berasal dari pertumbuhan Kredit KPR dan KPA sebesar (7,1%,yoy), kredit Real Estate (3,9%, yoy) dan Kredit Konstruksi (-1,0%, yoy).
Penyaluran Kredit kepada UMKM pada Juli 2025 tumbuh sebesar 1,6% (yoy), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 2,0% (yoy).
Pertumbuhan penyaluran kredit UMKM terutama didorong oleh pertumbuhan kredit UMKM pada skala kecil 9,9% (yoy). Di tengah kredit pada skala mikro dan menengah yang terkontraksi masing-masing sebesar 3,1% (yoy) dan 0,5% (yoy).
Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan kredit UMKM pada Juli 2025 dipengaruhi oleh Kredit Investasi (4,3% yoy) dan Kredit Modal Kerja (0,6% yoy).
Suku Bunga Simpanan dan Kredit
Pada Juli 2025, suku bunga kredit dan suku bunga simpanan cenderung turun. Rata-rata tertimbang suku bunga kredit pada Juli 2025 sebesar 9,15%, menurun dibandingkan suku bunga kredit bulan sebelumnya sebesar 9,16%.
Suku bunga simpanan berjangka menurun pada tenor 1 bulan, 3 bulan, 12 bulan dan 24 bulan masing-masing sebesar 4,80%, 5,72%, 5,02%, dan 4,47% pada Juli 2025. Setelah pada Juni 2025, masing-masing tercatat sebesar 4,86%, 5,75%, 5,07% dan 4,55%.
Sementara itu, suku bunga simpanan berjangka meningkat pada tenor 6 bulan sebesar 6,07%, dibandingkan suku bunga simpanan pada bulan sebelumnya sebesar 6,03%.
Analis Vibiz Research Center melihat bahwa uang beredar tumbuh lebih tinggi pada Juli 2025, dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan M2 atau likuiditas perekonomian yang lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya.
Hal ini ditopang oleh aktiva luar negeri bersih dan kontraksi tagihan bersih kepada Pempus. yang lebih kecil dibandingkan bulan sebelumnya.
Sementara Dana Pihak Ketiga tumbuh lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya.
Berdasarkan data Bank Indonesia, kredit perbankan pada Juli 2025 tumbuh sebesar 7,03% (yoy), menurun dibandingkan Juni 2025 sebesar 7,77% (yoy).
Dari sisi penawaran, perkembangan ini dipengaruhi oleh perilaku bank yang cenderung berhati-hati dalam menyalurkan kredit. Antara lain tecermin pada standar penyaluran kredit (lending standard) yang meningkat. Di tengah DPK yang tumbuh meningkat menjadi 7% (yoy) pada Juli 2025.
Perkembangan ini mengakibatkan bank cenderung menempatkan pada surat-surat berharga dan meningkatkan standar penyaluran kredit (lending standard).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit lebih banyak ditopang oleh sektor-sektor yang berorientasi ekspor, khususnya pertambangan dan perkebunan, serta sektor transportasi, industri, dan jasa sosial.
Berdasarkan penggunaan, pertumbuhan kredit konsumsi dan kredit modal kerja belum kuat yang masing-masing tumbuh sebesar 8,11% (yoy) dan 3,08% (yoy). Sedangkan kredit investasi tumbuh tinggi sebesar 12,42% (yoy) sejalan dengan tingginya pertumbuhan investasi.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting



