(Vibiznews-Economy) Pergerakan pasar global sepanjang 2025 memperlihatkan dinamika yang semakin menarik. Dolar Amerika Serikat (AS), yang selama puluhan tahun menjadi jangkar sistem keuangan dunia, menunjukkan pelemahan moderat terhadap mata uang utama lain. Namun, di balik pergeseran ini, muncul tanda-tanda penyesuaian alami ekonomi global yakni bukan kemunduran fundamental bagi dolar, melainkan perubahan arah menuju keseimbangan baru yang lebih sehat.
Sementara itu, emas melanjutkan performa cemerlangnya, menembus rekor US$4.000 per ounce untuk pertama kalinya. Para analis melihat hal ini bukan sekadar refleksi ketidakpastian, melainkan bukti bahwa investor kini semakin aktif mencari diversifikasi aset di tengah perubahan lanskap moneter global.
Dolar Mengalami Penyesuaian Siklus, Bukan Penurunan Struktural
Selama sebagian besar tahun 2025, Indeks Dolar AS (DXY) mencatat penurunan sekitar 9% terhadap enam mata uang utama. Namun, menurut Marc Chandler, Managing Director di Bannockburn Capital Markets, pelemahan ini bersifat siklus sebagai hasil dari keputusan investor untuk melakukan hedging terhadap risiko, bukan tanda hilangnya kepercayaan terhadap dolar.
“Saya tidak melihat dolar kehilangan status globalnya,” kata Chandler. “Yang terjadi adalah penyesuaian sementara, sejalan dengan perubahan kondisi suku bunga, kebijakan perdagangan, dan ekspektasi pasar.”
Dengan kata lain, dolar masih menjadi fondasi sistem keuangan internasional, tetapi investor kini memanfaatkan peluang untuk menyeimbangkan portofolio. Pelemahan moderat ini bahkan dapat dianggap sebagai sinyal sehat—mendorong pasar ke arah yang lebih dinamis dan beragam.
Emas Bersinar di Tengah Strategi Diversifikasi Global
Emas kembali menjadi sorotan utama pasar. Harga futures emas di New York menembus US$4.003 per ounce, sementara harga spot bertahan di kisaran US$3.960. Kenaikan lebih dari 50% sepanjang 2025 menandai performa terbaik logam mulia ini sejak akhir 1970-an.
Kenaikan harga emas banyak dipengaruhi oleh harapan pemangkasan suku bunga Federal Reserve, pembelian besar-besaran oleh bank sentral, dan permintaan investor institusional yang mencari aset lindung nilai di tengah ketidakpastian geopolitik.
Menurut laporan Goldman Sachs, harga emas berpotensi mencapai US$5.000 per ounce pada akhir tahun depan, seiring meningkatnya minat terhadap aset nyata di tengah kebijakan moneter yang lebih longgar. Namun, para analis menekankan bahwa tren ini bukanlah reaksi terhadap kelemahan dolar, melainkan bagian dari strategi diversifikasi portofolio global.
“Emas kini berfungsi melengkapi dolar, bukan menggantikannya,” tulis laporan tersebut. “Keduanya tetap menjadi instrumen utama dalam menjaga stabilitas nilai di tengah perubahan global.”
Investor Masih Percaya pada Aset AS
Data dari Departemen Keuangan AS memperlihatkan bahwa minat asing terhadap aset Amerika tetap solid. Sepanjang tujuh bulan pertama 2025, investor global membeli bersih US$788,2 miliar saham dan obligasi AS, naik tajam dari US$326,2 miliar pada periode yang sama tahun 2024.
Artinya, meskipun investor global melakukan lindung nilai terhadap dolar, mereka tetap menganggap pasar modal AS sebagai tujuan utama investasi global. Ekonomi Amerika masih menunjukkan ketahanan luar biasa, ditopang oleh inovasi teknologi, pertumbuhan konsumsi, dan kebijakan fiskal yang relatif stabil.
Chandler menegaskan, “Banyak negara dan korporasi masih bergantung pada dolar dalam perdagangan dan pembiayaan global. Namun kini, mereka juga memanfaatkan momentum untuk memperluas transaksi lintas mata uang dan aset riil seperti emas.”
Tren ini menunjukkan bahwa pasar global sedang berevolusi—menuju sistem keuangan yang lebih terintegrasi dan fleksibel, bukan menggantikan peran dolar, melainkan memperkuat jaringan nilai di sekelilingnya.
Tiga Faktor yang Membentuk Pergerakan Dolar Tahun Ini
Chandler membagi dinamika dolar sepanjang 2025 ke dalam tiga fase:
- Awal Tahun – Penyesuaian Kebijakan Perdagangan
Kekhawatiran pasar terhadap kemungkinan langkah pemerintahan Trump untuk mengoreksi defisit perdagangan melalui kebijakan verbal “talking down the dollar”. - Pertengahan Tahun – Dampak Tarif dan Volatilitas Pasar
Tarik-ulur kebijakan tarif yang memicu fluktuasi di pasar saham dan obligasi global, sehingga investor sementara beralih ke aset aman. - Fase Terkini – Penyesuaian Suku Bunga Federal Reserve
Ekspektasi pemangkasan suku bunga Fed menciptakan tekanan jangka pendek terhadap dolar, namun juga memberikan dukungan bagi aset berisiko dan memperluas likuiditas di pasar global.
Ketiga fase ini menggambarkan proses alami dari penyesuaian kembali ekonomi global, di mana dolar beradaptasi terhadap kondisi moneter baru yang lebih longgar tanpa kehilangan peran sentralnya.
Transisi ke Dunia Multi-Mata Uang
Pergeseran arus modal global juga menunjukkan kematangan ekonomi dunia. Negara-negara Asia dan Eropa semakin meningkatkan kerja sama perdagangan lintas mata uang lokal. Namun, dolar tetap menjadi poros utama dalam sistem pembayaran internasional.
Dalam jangka panjang, sistem keuangan global tampaknya akan berkembang menuju struktur multipolar, di mana berbagai mata uang besar memainkan peran saling melengkapi. Dolar tetap menjadi jangkar nilai, sementara mata uang lain dan aset seperti emas memperkaya ekosistem finansial global.
Peluang dan Momentum bagi Investor
Meski ketidakpastian politik di AS dan beberapa kawasan lain masih menjadi perhatian, pasar global menunjukkan ketahanan tinggi. Penyesuaian dolar dan penguatan emas justru membuka peluang bagi investor untuk membangun portofolio yang lebih tangguh dan terdiversifikasi.
Analis di Trade Nation menyebut fenomena ini sebagai “rebalancing opportunity”, sebagai peluang bagi investor untuk menata ulang portofolio, memadukan aset berdenominasi dolar dengan instrumen alternatif yang kuat seperti logam mulia dan komoditas energi.
“Ini bukan krisis, tapi evolusi,” tulis laporan tersebut. “Perubahan arah dolar memberi ruang bagi munculnya strategi baru yang lebih adaptif terhadap siklus ekonomi global.”
Keseimbangan Baru, Peluang Baru
Pergerakan dolar AS dan lonjakan harga emas pada 2025 menandai transisi ekonomi global yang alami. Dunia sedang bergerak menuju keseimbangan moneter yang lebih beragam, bukan menggantikan satu kekuatan dengan kekuatan lain, melainkan memperluas jangkauan stabilitas.
Bagi investor, situasi ini membuka jalan untuk memanfaatkan sinergi antara dolar dan aset alternatif. Dolar tetap menjadi fondasi utama keuangan dunia, sementara emas berperan sebagai pelengkap dalam menjaga nilai dan kepercayaan di tengah perubahan siklus ekonomi.
Chandler merangkum dengan bijak:
“Dolar tidak kehilangan kekuatannya, tetapi dolar sedang beradaptasi dengan dunia yang lebih kompleks. Dan justru dalam adaptasi inilah muncul peluang baru bagi investor.”
Dengan likuiditas tinggi, arah kebijakan moneter yang akomodatif, serta diversifikasi lintas aset yang semakin luas, 2025 menjadi tahun di mana pasar global tidak hanya menyesuaikan diri.



