IHSG Ditutup Terpangkas Ke Level 8.227,20, Bursa Asia-Pacific juga Zona Merah

390
IHSG Ditutup Melemah 0.06% ke 8.611,78, Indeks Berbalik Arah Pada Sesi kedua
Vibizmedia Picture

 

(Vibiznews – IDX Stock) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah pada perdagangan awal pekan ini.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI) via RTI, IHSG terpangkas 30,65 poin atau 0,37% ke level 8.227,20, pada penutupan perdagangan Senin (13/10/2025).

IHSG tertekan penurunan lima indeks sektoral dari total 11 sektor di BEI. Sektor yang turun paling dalam adalah adalah keuangan 1,52%, disusul properti dan real estate 1,47%, infrastruktur 1,44%. Selanjutnya, barang konsumer non primer 0,99% dan perindustrian 0,48%.

Sementara sektor yang menguat adalah transportasi 2,58%, energi 1,51%, barang baku 1,23%, barang konsumer primer 0,94%. Diikuti teknologi dan kesehatan masing-masing 0,07%.

Total volume perdagangan saham di BEI hari Senin ini mencapai 42,27 miliar dengan nilai transaksi Rp 27,26 triliun.  Berdasarkan pengamatan ada 438 saham turun menekan IHSG, 240 saham lainnya menguat dan 126 saham stagnan.

Adapun indeks sepanjang hari ini bergerak pada rentang 8.133,63–8.288,28. Pagi tadi indeks sempat anjlok lebih dari 1%.

Sementara itu, mayoritas saham yang menjadi pemberat hari ini adalah emiten perbankan, tambang, dan energi. BRI (BBRI) yang harga sahamnya turun 1,88% membebani -8,25 indeks poin. Kemudian BCA (BBCA) dan BNI (BBNI), masing-masing berkontribusi -7,01 indeks poin dan -2,38 indeks poin terhadap koreksi IHSG.

Emiten tambang batu bara milik Sinar Mas, Dian Swastatika Sentosa (DSSA) -6,88 indeks poin

Dalam perkembangan terpisah, bursa Asia-Pasifik juga bergerak di zona merah. Indeks Hang Seng di Hong Kong turun 2,04%, sedangkan indeks CSI 300 di China turun 0,5%. Di Australia, ASX/S&P 200 turun 0,84% dan Kospi Korea Selatan ditutup turun 0,72%.

Pasar Asia anjlok setelah kalimat Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengguncang pasar keuangan dunia. Melalui unggahan di Truth Social, Trump menyatakan niat untuk menaikkan tarif impor terhadap seluruh produk asal China hingga 100%.

Ini memicu pasar global panik, dan hanya dalam waktu 24 jam, kapitalisasi pasar Wall Street menyusut lebih dari Rp33.000 triliun. Ini menjadikannya salah satu koreksi terbesar tahun ini.

Sentimen yang semula membaik setelah perundingan dagang AS-China kini kembali muram. Hal ini menambah ketidakpastian terhadap arah ekonomi global yang belum benar-benar stabil setelah era suku bunga tinggi.

Reaksi berantai langsung terjadi di pasar saham global. Indeks Nasdaq jatuh 3,56%, S&P 500 terkoreksi 2,71%, dan Dow Jones merosot hampir 2%. Saham-saham teknologi terdampak paling dalam, Nvidia rontok 5%, AMD 8%, Apple 3%, dan Tesla 5%.

Sementara itu, dari Beijing, pemerintah China tak tinggal diam. China memperketat izin
ekspor logam tanah jarang (rare earths), komponen vital bagi industri kendaraan listrik dan pertahanan. Secara simbolik ini menjadi langkah balasan terhadap Washington.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting