(Vibiznews – Commodity) – Harga minyak sawit atau CPO terjun ke posisi terendah dalam 3 pekan lebih pada akhir perdagangan hari Senin (27/10/2025) oleh penguatan ringgit dan kekhawatiran melemahnya permintaan dari pembeli utama, India.
Harga minyak sawit yang banyak diperdagangkan yaitu kontrak berjangka bulan Oktober 2025 turun 1,16% menjadi sekitar MYR4.352, setelah sempat berada di posisi MYR4.424.
Permintaan minyak sawit dari pembeli utama, India, diperkirakan akan menurun setelah berakhirnya festival Diwali.
Sentimen juga terguncang oleh kekhawatiran yang masih ada atas permintaan global yang tidak menentu dan cuaca yang tidak dapat diprediksi yang dapat memengaruhi produksi pada awal 2026.
Namun, penguatan minyak nabati Dalian dan Chicago yang menjadi pesaingnya membantu membatasi penurunan lebih lanjut.
Sentimen positif juga datang dari prospek perdagangangn AS-Tiongkok, dimana Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan Presiden Trump dan Xi Jinping dari Tiongkok diperkirakan akan menyelesaikan kesepakatan perdagangan minggu ini selama KTT APEC di Korea Selatan.
Ia menambahkan bahwa Tiongkok akan melanjutkan pembelian kedelai AS dalam jumlah besar selama beberapa tahun, yang berpotensi mendukung permintaan minyak nabati global.
Di Indonesia, produsen utama minyak sawit, pemerintah baru-baru ini berencana untuk mewajibkan campuran bioetanol 10% dalam bensin pada tahun 2027 untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar impor.
