(Vibiznews – IDX Stock) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat di awal perdagangan Jumat (28/11/2025), di saat bursa Asia bergerak variatif.
Mengutip data RTI pukul 09.16 WIB, IHSG naik 0,26% atau 22,27 poin ke level 8.568,14.
Berdasarkan pengamatan terdapat 251 saham menguat, 259 saham melemah, dan 186 saham stagnan. Total volume perdagangan mencapai 6,7 miliar saham dengan nilai transaksi sekitar Rp 3 triliun.
Penguatan IHSG ditopang oleh delapan indeks sektoral. Tiga sektor dengan kenaikan tertinggi yaitu IDX-Infra yang naik 0,92%, IDX-Energy menguat 0,91%, serta IDX-Property yang naik 0,52%.
Sejumlah kabar penting diprediksi akan menjadi sentimen pergerakan pasar saham RI hari ini. Termasuk proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada akhir tahun atau kuartal IV-2025 yang diperkirakan akan tumbuh hingga ke level 5,4%-5,6%.
Hal ini seiring dengan sederet kebijakan andalan. Proyeksi itu didasari oleh realisasi belanja pemerintah pusat yang semakin cepat, ditopang oleh gelontoran paket ekonomi akhir tahun. Serta periode musiman libur Natal dan Tahun Baru 2025/2026.
Selain sentimen positif tersebut ada juga kabar buruk di Indonesia yang saat ini tengah menghadapi bencana alam. Bencana alam yang terjadi di Sumatra bagian utara dapat mendorong IHSG turun, meskipun dampaknya tergantung skala dan jenis bencana.
Menurut Analis Vibiz Research Center, pasar saham sangat sensitif terhadap ketidakpastian. Bencana besar biasanya menimbulkan penjualan aset oleh investor hingga flight to safety, dimana investor akan lebih memilih obligasi atau dolar AS.
Perlu diketahui, wilayah Sumatra juga menjadi kantong produksi sawit hingga batu bara. Banjir bisa mengganggu produksi dan distribusi sehingga berdampak terhadap kinerja emiten.
Sementara itu, pasar Asia-Pasifik diperdagangkan beragam pada hari Jumat setelah saham berjangka AS tetap stagnan selama Hari Thanksgiving. Hal ini membuat Nasdaq Composite diprediksi akan mengakhiri tren kenaikan tujuh bulan berturut-turut.
Adapun para pedagang di Asia akan mencermati data ekonomi terbaru, termasuk data inflasi Tokyo, indikator utama tren harga Jepang secara keseluruhan. Demikian juga investor juga akan memantau PDB India untuk kuartal kedua fiskalnya hingga September, nanti.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting



