The Fed Turunkan Suku Bunga 25 Bps, Pasar Mengantisipasi Arah Kebijakan 2026

171

Federal Reserve kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Rabu waktu AS, menempatkan federal funds rate pada kisaran 3,5 hingga 3,75 persen. Keputusan ini menandai pemangkasan ketiga tahun ini, namun juga menjadi sinyal kuat bahwa laju pelonggaran ke depan tidak akan semudah sebelumnya.

Di balik keputusan tersebut, rapat Federal Open Market Committee (FOMC) justru memperlihatkan perbedaan pandangan yang semakin lebar di antara para pejabat bank sentral. Tiga anggota memberikan suara “tidak setuju” sebagai kombinasi penolakan hawkish yang ingin mempertahankan suku bunga lebih tinggi, dan penolakan dovish yang justru menginginkan pemangkasan lebih agresif. Ini merupakan jumlah perbedaan pendapat terbanyak sejak 2019, menegaskan bahwa arah kebijakan moneter memasuki fase yang lebih kompleks.

Pemangkasan Suku Bunga: Sesuai Ekspektasi, Namun Bernada Hawkish

Fed memenuhi ekspektasi pasar dengan memberikan sinyal “hawkish cut”: pemangkasan suku bunga yang disertai pesan kehati-hatian. Gubernur Stephen Miran menginginkan pemangkasan 50 basis poin, sedangkan Presiden Fed Kansas City Jeffrey Schmid dan Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee memilih mempertahankan suku bunga di level saat ini. Perbedaan pandangan ini mengindikasikan bahwa para pengambil kebijakan belum memiliki titik temu soal risiko terbesar dalam perekonomian apakah inflasi yang masih tinggi atau pelemahan tenaga kerja yang semakin nyata.

Dalam konferensi pers, Ketua The Fed Jerome Powell menyebut keputusan ini menempatkan bank sentral pada posisi yang “siap menunggu dan mengamati” perkembangan ekonomi. Ia menambahkan bahwa suku bunga saat ini berada di sisi atas dari estimasi suku bunga netral, sehingga ruang untuk penyesuaian lebih lanjut sangat bergantung pada data.

“Tidak ada keputusan untuk pertemuan Januari,” ujar Powell. “Namun kami merasa berada pada posisi yang cukup baik untuk menilai bagaimana ekonomi berevolusi.”

Pasar keuangan merespons positif. Indeks Dow Jones naik 500 poin sementara imbal hasil obligasi AS bergerak turun, mencerminkan ekspektasi bahwa siklus pelonggaran masih berlanjut tetapi dalam ritme yang lebih moderat.

Dot Plot: Satu Pemangkasan di 2026, Satu Lagi di 2027

Proyeksi suku bunga FOMC kembali menegaskan gambaran pelonggaran yang lebih lambat. Dot plot terbaru menunjukkan:

  • 1 kali pemangkasan pada 2026
    • 1 kali lagi pada 2027

Setelah itu, suku bunga diperkirakan akan bertahan di kisaran 3 persen sebagai level jangka panjang. Meski angka tersebut tidak berubah dari proyeksi September, distribusi pandangan para pejabat menunjukkan ketidaksepakatan yang cukup besar.

Terdapat tujuh pejabat yang memperkirakan tidak akan ada pemangkasan sama sekali pada 2026. Sementara itu, satu anggota melihat potensi hingga enam kali pemangkasan, menegaskan betapa berbeda asumsi risiko di antara para pembuat kebijakan.

Powell menyebut perdebatan tersebut sehat. “Diskusi kami sangat konstruktif. Semua orang membawa pandangan kuat, dan kami mencari titik keseimbangan yang bisa diterima bersama,” ujarnya.

Inflasi Melandai tapi Masih Jauh dari Target

Inflasi tetap menjadi alasan utama kehati-hatian Fed. Indikator inflasi favorit bank sentral, PCE inti, berada di 2,8 persen pada September, jauh turun dari puncak dua tahun lalu namun masih lebih tinggi dari target 2 persen. Komite juga memperkirakan inflasi baru akan stabil di atas 2 persen hingga 2028, mencerminkan tantangan membawa tekanan harga kembali ke jalur stabil.

Di sisi pertumbuhan, Fed justru lebih optimistis. Proyeksi GDP 2026 direvisi naik menjadi 2,3 persen, menunjukkan keyakinan bahwa ekonomi AS mampu kembali ke laju ekspansi yang lebih sehat meski suku bunga diturunkan dengan lebih hati-hati.

Pasar tenaga kerja menjadi perhatian lain. Data resmi pemerintah mengalami keterlambatan akibat penutupan pemerintahan federal selama enam minggu. Namun data yang tersedia menunjukkan pola “low-hire, low-fire” dengan rekrutmen lambat dan PHK besar belum terjadi. Meski demikian, data nonresmi seperti laporan Challenger mengindikasikan potensi peningkatan pemutusan hubungan kerja mendekati akhir tahun.

Fed Kembali Membeli Treasury Bills

Selain suku bunga, keputusan penting lain adalah rencana Fed untuk kembali melakukan pembelian Treasurys kebijakan yang mirip dengan manajemen likuiditas yang pernah dilakukan sebelum pandemi.

Bank sentral akan mulai membeli 40 miliar dolar AS Treasury bills mulai Jumat ini. Program pembelian diperkirakan tetap tinggi selama beberapa bulan sebelum diturunkan secara signifikan.

Langkah ini diambil setelah Fed menghentikan proses penyusutan neraca (balance sheet runoff) sejak pertemuan Oktober, guna meredam tekanan di pasar pendanaan semalam (overnight funding market).

Prospek Ketua Baru Fed Dorong Optimisme Pasar

Keputusan Fed kali ini terjadi pada momen politik yang penuh perhatian, menjelang berakhirnya masa jabatan Jerome Powell sebagai Ketua Fed, dengan hanya tersisa tiga pertemuan lagi. Presiden Donald Trump telah menekankan pentingnya memilih pemimpin bank sentral yang proaktif dalam mendorong pertumbuhan melalui suku bunga yang lebih rendah.

Bursa prediksi saat ini menempatkan Kevin Hassett,  Direktur National Economic Council  sebagai kandidat terdepan dengan peluang sekitar 72%, dipandang oleh sebagian analis sebagai sosok yang mampu menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas moneter. Mantan Gubernur Fed Kevin Warsh dan Gubernur Christopher Waller berada di posisi yang lebih jauh.

Di tengah dinamika politik, inflasi yang mulai menunjukkan tanda perlambatan, perbedaan pandangan internal, serta data ekonomi yang semakin lengkap, Fed memiliki landasan yang lebih kuat untuk menavigasi kebijakan moneter. Pemangkasan terbaru tidak hanya memberikan ruang pelonggaran tambahan, tetapi juga menegaskan kesiapan bank sentral untuk menyesuaikan strategi secara fleksibel, menjaga momentum pertumbuhan sambil tetap memonitor stabilitas harga.

Ruang Manuver Tetap Terbuka

Dengan pemangkasan terbaru, Fed menegaskan fleksibilitasnya dalam menghadapi tantangan ekonomi. Bank sentral kini memiliki ruang manuver untuk menjaga momentum pertumbuhan, sambil tetap mengawasi inflasi. Meski jalur kebijakan ke depan penuh dinamika, langkah ini memberikan sinyal bahwa Fed siap menyesuaikan strategi secara hati-hati namun efektif, menjaga keseimbangan antara stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi.