Laju pemulihan ekonomi Jepang nampaknya belum berjalan mulus setelah berhasil keluar dari jurang resesi paska kenaikan pajak penjualan nasionalnya April 2014 lalu. Tahun 2015 ini memang harus diakui telah menjadi tahun yang cukup berat bagi ekonomi global. Tren ekonomi global yang semakin lesu, termasuk Jepang, sedikit banyak dipengaruhi oleh kinerja ekonomi Tiongkok yang terus melemah. Lesunya ekonomi Jepang dapat dilihat dari semakin turunnya kepercayaan diri para pebisnis di negara ini terhadap kemampuan bank sentralnya dalam mendorong inflasi.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Bank of Japan (BoJ) akhir pekan lalu disimpulkan bahwa hampir seluruh perusahaan-perusahaan di Jepang kembali memangkas proyeksi inflasinya. Sebelumnya di bulan Juli 2015, sektor usaha di negara ini juga sudah lebih dulu menunjukkan sikap skeptisnya terhadap kemampuan BOJ untuk mencapai kenaikan inflasi sebesar 2 persen dengan memangkas laju inflasinya.
Pada Juli lalu, perusahaan-perusahaan tersebut mengungkapkan bahwa proyeksi inflasi harga konsumen akan naik pada laju 1,5 persen dalam tiga tahun mendatang, turun dari kenaikan sebesar 1,6% di proyeksi survey kuartalan sebelumnya. Namun sayang, yang terjadi pada Oktober 2015 ini justru pemangkasan kembali terhadap proyeksi ekonominya.
Kali ini sektor bisnis kembali memangkas proyeksi inflasi negaranya menjadi hanya sebesar 1,2 persen 1,2 persen pada tahun 2016 mendatang, bukan sebesar 1,4 persen seprti yang sudah diperkirakan sebelumnya di bulan Juni. Sementara itu, ekspektasi inflasi untuk tiga tahun mendatang juga diturunkan menjadi sebesar 1,4 persen dari yang semula diprediksi sebesar 1,5 persen.
Demikian juga, perkiraan inflasi untuk lima tahun mendatang yaitu tahun 2020 juga diturunkan menjadi sebesar 1,5 persen dari 1,6 persen. Lalu ekspektasi inflasi produsen besar untuk periode satu tahun ini juga dipangkas menjadi hanya sebesar 0,9 persen dari semula 1 persen dan ekspektasi inflasi non-produsen turun menjadi 1 persen dari yang semula 1,1 persen.
Sikap skeptis terhadap perekonomian Jepang tidak hanya muncul dari kalangan pebisnis, pasalnya Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe pun juga telah lebih dulu memangkas proyeksi outlook ekonomi negaranya. Dalam laporan Kantor Kabinet Jepang bulan September lalu, Pemerintah Jepang secara resmi akhirnya menurunkan prospek terhadap perkembangan ekonomi negaranya menyoroti risiko perlambatan ekonomi yang ditimbulkan oleh Tiongkok dan rencana kenaikan suku bunga AS. Abe sendiri saat ini sedang mencoba mengkaji ulang sejumlah agenda ekonominya mengingat menjelang akhir tahun 2015 ini perekonomian dunia kian merosot karena perlambatan ekonomi Tiongkok telah menjalar hingga negara-negara berkembang di wilayah Asia.
Stephanie Rebecca/VM/BNV/ Analyst at Vibiz Research Center
Edior: Asido Situmorang