APBN 2016 dan Refleksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia

538

Pertumbuhan ekonomi dunia sudah pasti memiliki dampak yang kuat bagi ekonomi Indonesia, menurunnya pertumbuhan ekonomi ini membuat APBN 2016 harus benar-benar realistis, sebab perubahan bisa saja terjadi dengan serta merta mempengaruhi pelaksanaan anggaran ini.

Menteri Keuangan Bambang PS Brodjonegoro, Selasa (3/11) menyampaikan bahwa faktor-faktor yang menjadi tantangan 2016 bukanlah suku bunga The Fed, dimana terombang-ambing jadi-tidaknya The Fed menaikkan suku bunga, lebih baik ekonomi Indonesia dipersiapkan untuk menghadapinya.

Hingga Oktober 2015 ini The Fed belum meningkatkan suku bunga, tetapi diperkirakan pada Desember 2015 memiliki peluang untuk meningkatkan suku bunga, dan hal ini pasti akan berdampak secara global termasuk ekonomi Indonesia.

Namun menurut Menteri Keuangan, bahwa dampak dari perubahan suku bunga The Fed ini masih relatif kurang dibanding dengan dampak perlambatan ekonomi Tiongkok. Hal ini karena hubungan dagang Tiongkok dengan Indonesia cukup kuat, hingga Juli 2015 total perdagangan mencapai USD 25,339 miliar, turun 9,39% dibanding periode yang sama tahun lalu Total nilai ekspor Indonesia mencapai USD 8,718 miliar, turun 18% dari tahun lalu, sedang impor sebesar USD 16,621 miliar. Dimana angka perdagangan tersebut Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan Tiongkok sebesar USD 7,903 miliar atau 17,92%.

Secara perencanaan jangka panjang untuk mengantisipasi dampak perlambatan ekonomi Tiongkok, pemerintah mengupayakan perubahan strategi perdagangan dari melakukan ekspor komoditas akan beralih ke ekspor barang-barang jadi, tentunya hal ini melalui proses perubahan yang tidak mudah.

Diharapkan serapan yang baik dari APBN 2016 yang telah disetujui oleh DPR, maka pemerintah mampu menjalankan perannya untuk menggerakkan ekonomi dan strategi yang mengantisipasi perubahan ekonomi global.

Dari sisi arus penanaman modal, maka catatan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM), arus modal masuk ke Indonesia masih relatif stabil yaitu USD 7,4 miliar pada triwulan ke tiga tahun 2015, dimana tingkat investasi asing langsung (FDI) ke sektor primer dan sekunder memiliki peran yang kuat untuk kestabilan arus modal ini. Investasi dari Jepang dan Korea Selatan masih dominan, diikuti dengan investasi dari beberapa negara Eropa.

Diharapkan APBN 2016 yang realistis terhadap situasi ekonomi global akan mampu memberikan pertumbuhan ekonomi dan nilai kurs rupiah yang mendorong kondisi investasi semakin baik, demikian juga menarik modal asing untuk turut memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia.

 

Nugroho/VMN/VBN/Senior Analyst Vibiz Research Center
Editor : Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here