Pada akhir perdagangan Selasa dini hari (23/02), harga batubara Rotterdam naik tajam, terbantu lonjakan harga minyak mentah.
Harga minyak mentah AS melonjak pada penutupan perdagangan Selasa nihari (23/02) pengaruh spekulasi jatuhnya produksi minyak shale AS dan rally bursa Wall Street.
Harga mendapat dorongan lebih lanjut setelah Badan Energi Internasional, badan konsumen minyak dunia, mengatakan produksi minyak serpih AS bisa jatuh 600.000 barel per hari (bph) tahun ini dan 200.000 barel per hari pada tahun 2017.
Pasar saham yang lebih tinggi di Wall Street juga mendukung minyak, karena saham perusahaan minyak seperti Chevron naik.
Harga minyak mentah berjangka AS untuk pengiriman Maret menetap di $ 31,48 per barel, naik 6,21 persen, atau $ 1,84, setelah sebelumnya naik di atas $ 32. Kontrak Maret berakhir Senin setelah penutupan. Sedangkan harga minyak mentah berjangka patokan internasional Brent naik $ 1,75, atau 5,3 persen, pada $ 34,76 per barel.
Di akhir perdagangan harga batubara Rotterdam berjangka untuk kontrak paling aktif yaitu kontrak bulan Maret 2016 berada di posisi 46,10 dollar per ton. Harga komoditas tersebut mengalami penguatan tajam sebesar 1,80 dollar atau setara dengan 4,06 persen dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara itu harga batubara kontrak SGX IHS McCloskey Indonesian Sub-Bit FOB Index Futures bulan Februari 2016 hari ini ditransaksikan pada posisi 38,40 dollar per ton.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa pergerakan harga batubara berjangka Rotterdam pada perdagangan selanjutnya berpotensi melemah, dengan masih kuatnya sentimen kekenyangan pasokan global minyak mentah, kecuali ada kemajuan dalam kesepakatan pemotongan produksi oleh negara-negara OPEC dan non OPEC.
Harga batubara berjangka berpotensi mengetes level Support pada posisi 45,50 dollar dan Support kedua di level 45,00 dollar. Sedangkan level Resistance yang akan dites jika terjadi kenaikan harga ada pada posisi 46,50 dollar dan 47,00 dollar.
Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang