Cadangan Sekunder Bank Menguntungkan, Bagaimana Sikap BRI dan BCA

747

Cadangan Sekunder Bank atau secondary bank reserve adalah sarana pelengkap cadangan primer bank yang bersifat likuid, yaitu apabila diperlukan dapat segera diuangkan. Misalnya ada kebutuhan untuk  membayar penarikan dana pihak ketiga di luar kewajaran atau untuk keperluan ekspansi kredit. Untuk kebutuhan-kebutuhan tersebut biasanya cadangan sekunder yang berbentuk surat berharga dengan peringkat tinggi, berisiko rendah, berjangka waktu pendek dan sangat mudah dijual, dapat dengan segera dikonversikan menjadi uang tunai.

Dengan demikian secondary bank reserve dapat menjadi alternative tempat “parkir”  bagi perbankan yang mengalami kelebihan likuiditas disebabkan perlambatan penyaluran kredit dan penambahan likuiditas dari penurunan giro wajib minimum (GWM) primer.  Secondary bank reserve akan memberikan pendapatan bagi bank dari dana-dana menganggur.

Terkait hal ini Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Jahja Setiaatmadja mengatakan, bagi bank yang  mengalami kelebihan likuiditas maka secondary bank reserve dapat menjadi tempat uang menunggu sampai debitur mencairkan kredit. Dikatakan bahwa BCA memiliki dana tambahan Rp. 4 triliun dari penurunan GWM primer, dan dari dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp. 473,66 triliun untuk posisi per Desember 2015.

Penempatan dana secondary bank reserve berkisar pada Rp.60 triliun-Rp. 80 triliun di tahun 2016. BCA memiliki dana di secondary bank reserve senilai Rp. 67,47 triliun atau naik 4,7 persen dibandingkan posisi Rp. 64,41 triliun tahun sebelumnya. Dana ini terdiri dari penempatan di Bank Indonesia sebesar Rp. 60,48 triliun dan penempatan antar bank sebesar  Rp. 6,98 triliun.

Sesuai  business plan, bank BCA menyiapkan dana sekitar Rp100 triliun untuk penyaluran kredit per tahun.  Secara korporat BCA mentargetkan pertumbuhan kredit sebesar  10 persen atau naik Rp. 38,76 triliun di tahun 2016 dari realisasi kredit Rp387,64 triliun per Desember 2015.

Sedangkan untuk PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, Direktur Keuangan Haru Koesmahargyo mengatakan penurunan GWM primer memang akan mendorong bank-bank menempatkan dana di secondary bank reserve dengan asumsi pertumbuhan kredit masih melambat. BRI tidak menempatkan dana besar di secondary bank reserve karena permintaan kredit tumbuh normal , dan penurunan GWM primer akan membuat rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) BRI turun dari posisi 86,88 persen per Desember 2015.

BRI mencatat, penempatan dana di secondary bank reserve sebesar Rp. 116,25 triliun per Desember 2015 atau turun 4,45 persen dibandingkan posisi Rp.121,67 triliun per Desember tahun sebelumnya.  Perusahaan memporsikan penempatan dana di BI sebesar Rp. 95,64 triliun dan pada bank lain sebesar Rp. 20,61 triliun.
Dengan demikian secondary bank reserve dapat dikatakan sebagai alternative “memarkir” kelebihan dana bank yang akan memberikan pendapatan yang cukup menguntungkan bagi bank.

 

 

Emy Trimahanani/VMN/VBN/Senior Analyst Vibiz Research Center
Editor : Asido Situmorang 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here