Pada akhir perdagangan Sabtu dini hari (25/06), harga batubara Rotterdam berakhir turun tergerus anjloknya harga minyak mentah.
Harga minyak mentah berakhir anjlok 5 persen pada akhir perdagangan akhir pekan pada hari Jumat di AS setelah hasil referendum menetapkan Inggris keluar dari Uni Eropa.
Indeks dolar AS naik sekitar 2 persen, yang terbesar sejak 2008, sementara sterling jatuh ke level terendah 31-tahun setelah Perdana Menteri Inggris David Cameron, yang berkampanye untuk tetap di Uni Eropa, mengatakan ia akan mundur pada bulan Oktober.
Lihat : Brexit Terjadi, Inggris Tinggalkan Uni Eropa; Cameron Akan Mundur Oktober
Harga minyak mentah berjangka AS berakhir turun 5 persen, atau $ 2,47, untuk menetap di $ 47,64, penurunan satu hari terbesar sejak Februari.
Sedangkan harga minyak mentah berjangka Brent berakhir turun 4,9 persen, atau $ 2,50, pada $ 48,41 per barel. Itu telah jatuh 6 persen sebelumnya menjadi $ 47,54.
Lihat : Harga Minyak Mentah Akhir Pekan Anjlok 5 Persen; Negatifkan Hasil Mingguan
Dengan pelemahan harga minyak mentah tersebut, harga batubara Rotterdam berjangka untuk kontrak paling aktif yaitu kontrak bulan Juli 2016 merosot di posisi 54,30 dollar per ton. Harga komoditas tersebut mengalami penurunan sebesar -1,60 dollar atau setara dengan -2,86 persen dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelumnya.
Namun secara mingguan masih mencatatkan hasil positif 0,28 persen terbantu kenaikan harga minyak mentah dan pelemahan dollar AS.
Lihat : Harga Batubara Rotterdam Tertekan Penguatan Dollar AS
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa pergerakan harga batubara berjangka Rotterdam pada perdagangan selanjutnya berpotensi turun dengan sentimen pelemahan minyak mentah akibat sentimen penguatan dollar AS pasca keputusan Brexit.
Harga batubara berjangka berpotensi mengetes level support pada posisi 53,80 dollar dan support kedua di level 53,30 dollar. Sedangkan level resistance yang akan diuji jika terjadi peningkatan harga ada pada posisi 54,80 dollar dan 55,30 dollar.
Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang