Harga minyak naik sekitar 1 persen lebih pada perdagangan Sesi Asia hari Senin (21/11) terdukung optimisme pemotongan produksi OPEC untuk mengendalikan kelebihan pasokan yang telah membuat harga rendah selama lebih dari dua tahun.
Harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) naik 1,18 persen, atau 54 sen, di $ 46,23 per barel.
Harga minyak mentah berjangka patokan Internasional Brent diperdagangkan pada $ 47,48 per barel, naik 62 sen, atau 1,32 persen.
Para pedagang mengatakan bahwa pasar sedang didukung oleh rencana pemangkasan produksi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dalam upaya untuk menopang pasar setelah lebih dari dua tahun harga rendah sebagai akibat dari produksi melebihi permintaan.
Optimisme didukung kesepakatan yang semakin dekat setelah Iran yang ingin meningkatkan produksi setelah sanksi internasional diangkat Januari lalu, diperkirakan akan diberikan pengecualian jika pembatasan produksi dan bukan pemotongan disetujui, memberikan tanggung jawab penurunan langsung pada anggota OPEc lainnya, termasuk rival politiknya dan pemimpin OPEC de facto Arab Saudi.
Barclays mengatakan bahwa beberapa bentuk penurunan produksi kesepakatan itu mungkin terealisir, namun ditambahkan bahwa perjanjian tersebut mungkin memiliki dampak kecil pada pasar.
Di luar pembicaraan tentang pemotongan produksi potensial, ada juga tanda-tanda kelemahan pasar yang sedang berlangsung.
Jepang, konsumen minyak terbesar keempat di dunia, pada hari Senin melaporkan penurunan 9,5 persen pada impor minyak mentah pada Oktober dari bulan yang sama tahun sebelumnya, menjadi 2,78 juta barel per hari.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak mentah akan dipengaruhi sentimen rencana pemotongan produksi OPEC yang direncanakan direalisasikan dalam pertemuan 30 Nomember. Jika sentimen optimis terus menguat akan mengangkat harga dan sebaliknya. Harga diperkirakan bergerak dalam kisaran Resistance $ 46,70 -$ 47,20, sedangkan jika turun akan bergerak dalam kisaran Support $ 45,70-$ 45,20.
Freddy/VMN/VBN/Analyst Vibiz Research Center Editor : Asido Situmorang