Harga minyak mentah menurun di perdagangan Asia pada Selasa (07/03), setelah Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan produksi shale AS tumbuh sekitar 1,4 juta barel per hari pada 2022.
Harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate tergelincir 6 sen atau 0,11, pada $ 53,14 per barel, setelah berakhir 13 sen di sesi sebelumnya.
Harga minyak mentah berjangka Brent turun 9 sen atau 0,16 persen, pada $ 55,92 per barel, sebelumnya naik 11 sen menjadi $ 56,01 per barel.
Produksi shale AS akan naik bahkan jika harga tetap sekitar $ 60 per barel, IEA mengatakan dalam analisa pasar lima tahun “Oil 2017” yang dirilis pada hari Senin.
Kenaikan sampai $ 80 per barel bisa melihat produksi minyak serpih tumbuh sebesar 3 juta barel per hari pada 2022, kata IEA.
Permintaan minyak juga akan meningkat selama lima tahun mendatang, melintasi level 100 juta barel per hari pada tahun 2019 dan mencapai 104 juta barel per hari pada 2022, didorong sepenuhnya oleh negara-negara berkembang, laporan tersebut menambahkan.
Kekhawatiran atas meningkatnya produksi minyak serpih AS telah mengimbangi dampak dari pengurangan produksi yang disepakati oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan beberapa non-OPEC anggota untuk mengekang kelebihan pasokan minyak mentah global.
Rusia dan Irak, pada Senin mengatakan terlalu dini untuk membahas jika pakta OPEC dan non-anggota OPEC harus diperluas setelah Mei.
“Ini akan tergantung pada harga minyak dan stabilitas pasar. Jika OPEC memutuskan pemotongan, maka Irak akan memotong,” Menteri Perminyakan Irak, Jabbar Al-Luaibi, kepada Reuters pada konferensi energi CERAWeek di Houston.
Harga minyak rata-rata diperkirakan akan lebih rendah dalam 10 bulan ke depan tahun ini dari pada bulan Januari dan Februari karena pemulihan aktivitas pengeboran AS, kata Fitch Ratings dalam sebuah laporan, Senin.
Jumlah kilang dalam operasi naik ke level tertinggi sejak Oktober 2015 pekan lalu, kenaikan tujuh minggu berturut kilang minyak, menurut angka dari Baker Hughes.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan harga minyak mentah akan bergerak lemah jika dollar AS lanjutkan penguatan. Demikian juga jika kekuatiran ketidakpatuhan kesepakatan pemotongan produksi dan peningkatan produksi AS terus meningkat, akan menekan harga. Harga minyak mentah berpotensi bergerak dalam kisaran Support $ 52.60-$ 52.10, dan jika harga naik akan menembus kisaran Resistance $ 53.60-$ 54.10.
Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center Editor: Asido Situmorang