Harga gula berjangka ICE ditutup naik pada akhir perdagangan bursa ICE Futures New York akhir pekan Sabtu dinihari (25/03). Harga komoditas ini mengalami penguatan terdukung pelemahan dollar AS dan peningkatan impor Tiongkok.
Bertambah parahnya performa dollar AS awal pekan ini dipicu oleh penolakan parlemen terhadap UU healthcare Presiden Donald Trump menggantikan Obamacare.
Melemahnya dolar AS membuat komoditas gula yang berbasis dolar ini menjadi lebih murah dalam mata uang lainnya.
Penguatan harga gula juga terdukung peningkatan impor Tiongkok. Data yang dirilis minggu ini menunjukkan bahwa impor gula oleh Tiongkok, konsumen terbesar di dunia, melonjak 70,3% pada Februari dari tahun sebelumnya 180.000 ton.
Pada penutupan perdagangan dini hari tadi harga gula berjangka untuk kontrak paling aktif yaitu kontrak Mei 2017 terpantau naik. Harga gula berjangka paling aktif tersebut ditutup naik sebesar 0,11 sen atau setara dengan 0,62 persen pada posisi 17,71 sen per pon.
Untuk minggu ini harga gula ICE merosot -2,53 persen. Kemerosotan harga gula sebagian besar disebabkan peningkatan surplus gula di Brazil dan India. Pelemahan juga tergerus kemerosotan harga minyak mentah.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa harga gula berjangka untuk perdagangan selanjutnya berpotensi kuat jika pelemahan dollar AS berlanjut. Harga gula kasar berjangka di ICE Futures New York berpotensi menguji level Resistance pada posisi 18,20 sen dan 18,70 sen. Sedangkan level Support yang akan diuji jika terjadi pelemahan harga ada pada posisi 17,20 sen dan 16,70 sen.
Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center Editor: Asido Situmorang