Harga kakao berjangka ICE Futures pada akhir perdagangan akhir pekan Sabtu dinihari (10/06) ditutup naik. Kenaikan harga kakao di bursa ICE New York mengikuti kenaikan di bursa London ICE.
Pasar kakao berjangka di New York dan London meningkat pada hari Jumat setelah Partai Konservatif Perdana Menteri Inggris Theresa May secara tak terduga kehilangan mayoritas di Parlemen, menekan pound Inggris terhadap dolar.
Kakao berjangka diperdagangkan di New York, dalam dolar, dan di London, di sterling. Ketika sterling jatuh terhadap dolar, harga kakao di London cenderung meningkat saat para pedagang melompat untuk merebut kakao yang relatif lebih murah.
Harga kakao London naik 4,5% pada GBP1,605 ($ 2,078) per metrik ton di bursa ICE Futures Europe dan membantu meningkatkan permintaan permintaan kakao secara umum.
Di akhir perdagangan harga kakao berjangka kontrak Juli 2017 yang merupakan kontrak paling aktif terpantau ditutup dengan membukukan kenaikan. Harga komoditas tersebut ditutup melonjak sebesar 49 dollar atau 2,46 persen pada posisi 2.038 dollar per ton.
Lonjakan akhir pekan ini membuat harga kakao minggu ini naik 1 persen, setelah 3 hari berturut di awal minggu alami pelemahan akibat peningkatan pasokan di Pantai Gading, penguatan dollar AS dan aksi jual teknis.
Bulan ini, Organisasi Kakao Internasional menaikkan perkiraannya untuk musim 2016/2017, menunjukkan surplus 382.000 ton dibandingkan perkiraan sebelumnya sebesar 264.000 ton, karena pasokan biji kakao membengkak di Pantai Gading, penumbuh terbesar di dunia.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa harga kakao berjangka untuk perdagangan selanjutnya berpotensi lemah dengan kekuatiran peningkatan pasokan kakao di Pantai Gading. Untuk perdagangan selanjutnya harga kakao berjangka di ICE Futures New York berpotensi untuk menembus level Support pada posisi 1.990 dollar. Jika level Support tersebut berhasil ditembus level selanjutnya adalah 1.940 dollar. Sedangkan level Resistance yang akan ditembus jika terjadi kenaikan ada pada 2.090 dollar dan 2.140 dollar.
Freddy/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center Editor: Asido Situmorang