(Vibiznews – Editor’s Note) – Minggu lalu bursa pasar modal di Indonesia memasuki fase konsolidasi dengan beberapa tekanan ambil untung sejalan juga dengan bursa Wall Street dan regional Asia yang tergerus tajam dalam sepekan, sehingga secara mingguan bursa ditutup melemah ke level 6,660.62. Untuk minggu berikutnya (5-9 Februari) IHSG kemungkinannya akan mulai menanjak lagi ke level rekor sebelumnya dengan tetap melihat indikasi dari bursa global. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance level di posisi 6686 dan 6720, sedangkan support di level 6522 dan kemudian 6443.
Mata uang rupiah seminggu lalu terlihat bergerak melemah sementara dollar AS berupaya rebound dari level tiga tahun terendahnya, di mana secara mingguan rupiah melemah ke level 13,448. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan berada dalam range antara resistance di level 13,565 dan 13,591, sementara support di level 13,373 dan 13,263.
Untuk indikator ekonomi global, pada pekan mendatang ini akan diwarnai sejumlah data ekonomi penting. Secara umum sejumlah agenda rilis data ekonomi global yang kiranya perlu diperhatikan investor minggu ini, adalah:
- Dari kawasan Amerika: berupa rilis data ISM Non-Manufacturing PMI pada Senin malam; disambung dengan rilis Crude Oil Inventories pada Rabu malam; berikutnya data Unemployment Claims pada Kamis malam.
- Dari kawasan Eropa dan Inggris: berupa rilis data Services PMI Inggris pada Senin sore; selanjutnya rilis MPC Official Bank Rate Votes Inggris serta pengumuman Official Bank Rate dari BOE pada Kamis sore yang diperkirakan bertahan di level 0.50%; diakhiri dengan data Manufacturing Production m/m Inggris pada Jumat sore.
- Dari kawasan Asia Australia: berupa pengumuman RBA Rate Statement Australia pada Selasa pagi yang diperkirakan bertahan di level 1.50%; kemudian RBNZ Rate Statement Selandia Baru pada Kamis subuh yang diperkirakan bertahan di level 1.75%.
Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar masih konsolidasi di sekitar level tiga tahun terendahnya dengan rebound terbatas setelah rilis data tenaga kerja yang di atas perkiraan, di mana secara mingguan index dollar AS melemah tipis ke level 89.18. Sementara itu, pekan lalu euro dollar terpantau menguat terbatas ke 1.2453, sekitar level tiga tahun tertingginya. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 1.2580 dan kemudian 1.2839, sementara support pada 1.2213 dan 1.2165.
Poundsterling minggu lalu terlihat melemah sedikit ke level 1.4112 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.4344 dan kemudian 1.5012, sedangkan support pada 1.3838 dan 1.3457. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir menguat ke level 110.15. Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 111.47 dan 113.38, serta support pada 108.28 serta level 107.13. Sementara itu, Aussie dollar terpantau melemah ke level 0.7921. Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.7959 dan 0.8135, sementara support level di 0.7807 dan 0.7501.
Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia secara umum melemah mengikuti Wall Street yang melorot tajam dalam seminggu terakhir. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau melemah ke level 23275. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 23825 dan 24125, sementara support pada level 23105 dan lalu 22735. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir melemah ke level 32565. Minggu ini akan berada antara level resistance di 33510 dan 33600, sementara support di 31914 dan 29506.
Bursa saham Wall Street minggu lalu terpantau melemah tajam membukukan kinerja mingguan terburuknya dalam dua tahun terakhir oleh kenaikan yield obligasi acuan 10 tahun di level empat tahun tertingginya. Dow Jones Industrial secara mingguan melemah ke level 25512, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 26338 dan 26608, sementara support di level 25234 dan 24716. Index S&P 500 minggu lalu melemah ke level 2762.8, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 2839 dan 2872, sementara support pada level 2720 dan 2674.
Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau turun oleh menguatnya dollar setalah rilis data tenaga kerja yang melampaui ekspektasi, sehingga berakhir dalam harga emas dunia yang melemah ke level $1332.05 per troy ounce. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistance di $1366 dan berikut $1374, serta support pada $1323 dan $1305. Di Indonesia, harga spot emas terpantau melemah tipis ke level Rp576,653 per gram.
Banyak isyu perekonomian yang mewarnai pergerakan pasar dewasa ini. Termasuk di antaranya tentang keputusan ataupun aksi dari bank sentral, apakah itu dari Amerika, Jepang, China, Eropa; ataupun juga masalah situasi ekonomi global. Kebijakan apa yang mungkin akan diambil bisa menjadi suatu permainan spekulasi pasar yang membuat harga instrumen investasi bergejolak, dan di sisi lain menimbulkan kebingungan bagi banyak pelaku investasi awam. Apakah Anda termasuk yang ikut bingung dengan apa yang terjadi di pasar? Supaya menjadi lebih jelas disarankan simak saja terus di vibiznews.com. Kami ada demi sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Analyst: Alfred Pakasi
Editor: J. John