(Vibiznews – Commodity) – Harga minyak mentah berjangka yang diperdagangan pada sesi Asia awal pekan hari Senin (28/01) bergerak retreat dari posisi awal sesi Asia yang lebih rendah dari penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Sentimen negatif pasar dipicu oleh laporan akhir pekan lalu tentang bertambahnya rig di kawasan kilang Amerika.
Dari laporan tersebut menunjukkan perusahaan-perusahaan minyak AS menambah rig untuk pertama kalinya tahun ini sebagai tanda bahwa produksi minyak mentah di sana mungkin akan naik lebih lanjut, dan juga melihat kondisi China sebagai pengguna minyak terbesar kedua di dunia melaporkan tanda-tanda perlambatan ekonominya.
Harga minyak acuan internasional berjangka yaitu Minyak Brent berada di $60,91 per barel atau telah turun 78 sen atau 1,27 persen. Sedangkan harga minyak mentah berjangka WTI AS berada di $ 52,88 per barel atau telah turun 71 sen, atau 1,36 persen dari penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Perusahaan-perusahaan minyak AS minggu lalu menaikkan jumlah rig yang mencari minyak baru untuk pertama kalinya pada 2019 menjadi 862 atau bertambah 10 rig menurut laporan mingguan perusahaan jasa energi Baker Hughes ak
Selain pasokan minyak yang berlebih, pergerakan harga di pasar minyak juga ditentukan oleh perkembangan permintaan negara konsumen. Dimana sepinya permintaan dunia membuat pasokan meningkat sehingga menurunkan harga. Permintaan minyak dari China terancam anjlok sejalan dengan pertimbangtan pasar akan kondisi pertumbuhan ekonomi negara tersebut yang sedang dalam trend menurun.
Konsumsi minyak telah meningkat terus, kemungkinan rata-rata di atas 100 juta barel per hari untuk pertama kalinya pada 2019, sebagian besar didorong oleh ledakan di Cina.Namun penghasilan di perusahaan-perusahaan industri China menyusut selama dua bulan berturut-turut pada Desember karena penurunan harga dan aktivitas pabrik yang lamban.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang
