Jokowi Menang Lagi; Bagaimana Prospek Ekonomi dan Pasar Investasi?

1346

(Vibiznews – Economy & Business) – Paslon 01 Joko Widodo – Maruf Amin secara resmi telah diumumkan KPU menjadi pemenang pemilihan presiden 2019 dengan mengantongi jumlah suara sah sebanyak 85.607.362 suara (55,50%), unggul dibandingkan pasangan Prabowo Subianto – Sandiaga Uno yang mengantongi 68.650.239 suara (44,50%).

Namun demikian, pihak paslon 02 menolak hasil rekapitulasi tersebut dan akan maju ke Mahkamah Konstitusi (MK). Kira-kira bagaimana dampak konstelasi politik ini terhadap ekonomi dalam negeri dan pasar investasi?

 

Ekonomi Domestik

Terhadap ekonomi di dalam negeri, kemenangan Jokowi setidaknya memberikan keuntungan berlanjutnya program dan kebijakan ekonomi yang telah dijalankan sebelumnya. Kebijakan ekonomi itu memang harus berkelanjutan, supaya terlihat dampaknya dalam periode jangka menengah dan jangka panjang. Apalagi, kebijakan ekonomi Jokowi tidak bersifat jangka pendek, baik di periode 5 tahun pertamanya yang difokuskan kepada infrastruktur, maupun di periode 5 tahun berikutnnya nanti yang berfokus kepada pembangunan sumber daya manusia.

China bertumbuh menjadi motor ekonomi dunia dewasa ini setelah secara konsisten terus menggenjot pembangunan infrastrukturnya selama dua sampai tiga dekade, yaitu sejak reformasi ekonomi diperkenalkan di tahun 1978. Dapat terlihat di sini bahwa pembangunan infrastruktur pasti berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang atau setidaknya dalam jangka menengah.

Karenanya, kemenangan Jokowi dalam pentas pilpres ini akan memungkinkan pertumbuhan investasi yang lebih baik dan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih solid ke depannya. Hanya saja, memang, tantangan di periode sekarang lebih berat karena prospek ekonomi global sedang tampak suram. Perang dagang AS – China telah menambah beban buram pertumbuhan global, dan sekarang bertambah dengan isyu perang dagang AS – Eropa. Ini menjadi hambatan dalam mengatasi tekanan defisit neraca perdagangan.

Bagaimanapun, kesinambungan dan kestabilan akan selalu menjadi daya tarik investasi asing untuk masuk ke dalam negeri. Di sini menjadi salah satu keunggulan pemerintahan Jokowi di periode berikutnya. Pasar besar dan sedang bertumbuh pesat di Indonesia di tengah kekayaan sumber daya alamnya pastinya menarik hati di mata para investor global.

Diharapkan juga ini akan memperkuat pertumbuhan ekonomi domestik, yang akan lebih superior dalam mengatasi terkendalanya ekonomi ekspor dewasa ini.

 

Pasar Modal

Dalam melihat pasar ini patut diperhatikan pergerakan belakangan ini. Di tengah gejolak politik paska pemilu, investor asing terpantau mencatatkan penjualan bersih atau net sells di pasar reguler sebesar Rp 11,7 triliun, selama satu bulan pasca pencoblosan 17 April. Indeks harga saham gabungan (IHSG) praktis mengalami koreksi tajam hingga 7,63% dan rupiah merosot hingga 2,7%.

Pasar modal ini memang sangat sensitif terhadap isyu ketidakstabilan politik. Ancaman dari kubu yang ingin melakukan people power telah membuat banyak investor asing menarik dananya dari pasar modal. Ini bukan karena faktor fundamental keuangan emiten, tetapi lebih kepada sentimen politik yang memanas.

Dengan adanya pengumuman KPU yang bersifat resmi untuk kemenangan Jokowi – Ma’ruf Amin, maka respon pasar pertama adalah IHSG langsung melejit rebound 0,75%. Rebound ini akan berlanjut menjadi gain bertahap di sesi pasar berikutnya apabila tensi politik mereda. Namun, bila gejolak terus berlanjut, bias negatif pasar modal kemungkinan masih terus membayang sampai indikasi ketenangan atau kestabilan tampil di permukaan.

 

Pasar Uang

Untuk pasar uang ini, khususnya pergerakan rupiah terhadap dollar, biasanya memang bergerak paralel dengan pasar modal. Namun belakangan ini arah rupiah dan IHSG kerap tidak seirama. Ini bisa terjadi mengingat pasar uang kita tergantung juga dengan arah dollar AS di pasar global. Di tengah memanasnya isyu perang dagang AS – China, yang bahkan cenderung nyaris buntu, mata uang dollar malah diuntungkan dengan dianggap investor sebagai safe haven currency. Biasanya sebutan ini lebih diperuntukkan kepada yen Jepang.

Penguatan dollar ini cenderung karenanya menekan pergerakan rupiah. Ditambah dengan gejolak politik, dimana sejumlah pemerintah negara sahabat sampai memberikan peringatan adanya risiko serangan terorisme pada demo penolakan pemilu, rupiah terus berada dalam tekanan. Meskipun seminggu terakhir ini memasuki fase konsolidasi dengan pasar dalam posisi ‘wait and see’.

Ke depannya situasi politik akan tetap mewarnai pergerakan rupiah di pasar uang ini. Nantinya, bila IHSG menanjak, rupiah akan berpeluang ikut menguat kembali.

 

Pasar Properti

Industri properti memang secara umum sudah cukup lama stagnan geliatnya. Ada beberapa faktor, namun salah satu variabel yang mendominasi penyebabnya adalah isyu politik kembali. Selama politik masih dianggap para investor sebagai tidak stabil atau tidak pasti, mereka akan cenderung mencari pilihan aset investasi lainnya. Yang lebih jangka pendek dan lebih likuid dalam penilaian mereka. Artinya yang mudah dicairkan dan dialihkan ke aset lain bila sesuatu yang buruk terjadi.

Pemilu sekarang usai sudah. Pengumuman KPU sudah final. Akankah properti segera langsung pulih? Mungkin belum secepat itu. Faktor politik dalam waktu dekat mendatang masih akan menjadi bahan pertimbangan investasi. Lalu, musim hari raya, liburan sekolah serta penerimaan siswa dan mahasiswa baru berikut ini tentunya akan membuat permintaan cash naik lebih tinggi dari pada kebutuhan alokasi investasi di sektor properti.

Artinya, masih perlu beberapa waktu lagi, mungkin, untuk fase recovery bagi pasar properti kita.

 

Bagaimanapun, menurut penulis, investor tidak perlu terlalu khawatir dengan gejolak pasar belakangan ini. Sudah banyak pemimpin pemerintah negara lain dan berbagai media asing terkemuka dunia yang mengakui bahwa Indonesia telah mampu menjalankan suatu pesta demokrasi yang sangat kompleks dan luas secara aman, jujur dan adil. Serta dengan proses yang sangat transparan, dipuji oleh dunia. Message ini tentunya memberikan sentimen positif bagi iklim berinvestasi di Indonesia, terlepas dari gejolak politik yang sedang terjadi yang diharapkan hanya sebentar saja.

Satu hal yang perlu kita jaga, dan doakan, hari-hari ini adalah keamanan dan ketenangan politik dalam negeri kita. Setuju, bukan?

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here